Sindrom Patah Hati Itu Nyata, Orang Bisa Mati Karena Cinta

Senin, 21 Juni 2021 | 10:47 WIB
Sindrom Patah Hati Itu Nyata, Orang Bisa Mati Karena Cinta
Ilustrasi patah hati (freepik.com/freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meski terlihat sepele namun ilmuwan memastikan manusia bisa mati karena patah hati atau bersedih  karena putus hubungan dengan kekasih dan orang yang disayangi.

Mengutip Dailymail, Senin (21/6/2021) ilmuwan menemukan peristiwa hidup yang penuh tekanan akan meningkatkan kadar dua molekul dalam sel jantung, yang berperan penting terjadinya kardiomiopati takotsubo atau sindrom patah hati.

Sindrom ini terjadi ketika otot jantung tiba-tiba melemah dan bilik jantung kiri berubah bentuk. Selanjutnya ilmuwan dibuat bingung, apa pemicu sindrom patah hati ini.

Ilmuwan dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Cardiovascular Research ini kemudian menghubungkannya dengan molekul microRNAs -16 dan -26a yang mengatur bagaimana gen didekode bisa diaktikan saat terjadi.

Baca Juga: Sindrom Patah Hati dan Stres Otak Saling Berhubungan, Ini Temuan Peneliti!

Molekul microRNAs ini terkait dengan perasaan depresi, kecemasan dan stres, yang apabila memicu stres jangka panjang akibatk peristiwa mengejutkan dan dramatis bisa memicu sindrom patah hati ini.

Hasilnya, sindrom patah hati bisa menyebabkan serangan jantung, nyeri dada, sesak napas, bahkan bisa membuat jantung berhenti berdetak.

Kondisi ini pertama kali ditemukan di Jepang pada 1990, dan memengaruhi sebanyak 2.500 orang di Inggris setiap tahun, terutama perempuan pascamenopause.

Profesor Sian Harding dari Imperial College London selaku peneliti utama mengatakan sindrom patah hati ini bisa sangat berbahaya dan serius, tetapi saat ini penyebabnya masih menjadi misteri.

"Kami tidak mengerti mengapa beberapa orang mengalami (kondisi seiurs) saat mendapat kejutan secara emosional yang tiba-tiba. Dan studi ini menegaskan bahwa stres karena sedih dan patah hati bisa menyebabkan kejadian sindrom takotsubo di masa depan," jelas Prof. Harding.

Baca Juga: Deteksi Tekanan Darah di Rumah, Efek Samping Vaksin AstraZeneca

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI