Ini Manfaat Protein Hewani untuk Dukung Perbaikan Gizi Anak

Risna Halidi Suara.Com
Senin, 21 Juni 2021 | 10:30 WIB
Ini Manfaat Protein Hewani untuk Dukung Perbaikan Gizi Anak
Protein Hewani. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan fase penting bagi anak. HPK terhitung sejak anak masih berada dalam kandungan hingga usia menginjak dua tahun.

Di fase ini, jaringan otak anak mulai terbentuk, termasuk juga perkembangan tulang dan berbagai organ tubuh lainnya. Dalam proses perkembangan ini, anak membutuhkan asupan dan nutrisi yang baik termasuk asupan seperti protein hewani.

Advisor SEANUTS Profesor Saptawati Bardosono mengungkapkan, protein hewani memiliki kualitas untuk melakukan perbaikan gizi lebih baik dari protein nabati, sebab memiliki struktur mendekati struktur protein manusia.

Salah satu sumber protein hewani seperti susu, kata Saptawati, dapat melengkapi asupan macro dan micronutrient yang baik untuk anak.

"Susu akan melengkapi asupan protein sehingga tumbuh kembang anak menjadi lebih baik," tuturnya.

Protein hewani sendiri merupakan sumber zat gizi yang dibutuhkan untuk memaksimalkan perkembangan fungsi otak yang berpengaruh pada fungsi kognitif anak di kemudian hari.

Protein hewani juga mengandung asam amino esensial, sebuah zat mikronutrien yang berperan penting pada kehidupan manusia.

Dikatakan esensial, karena zat ini tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh dan harus didapatkan dari makanan seperti daging, seafood, ikan air tawar, telur, serta susu.

Sayangnya, sejumlah penelitian di beberapa daerah di Indonesia secara khusus mendapati hubungan yang erat antara kekurangan asupan protein hewani terhadap masalah stunting atau kurang gizi kronis.

Baca Juga: Ingin Terhindar dari Kematian Dini? Konsumsi Protein Nabati, yuk!

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Kementerian Kesehatan, prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita di Indonesia mencapai 17,7 persen. Sementara prevalensi stunting atau masalah gizi kronis mencapai 30,8 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI