Suara.com - Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan fase penting bagi anak. HPK terhitung sejak anak masih berada dalam kandungan hingga usia menginjak dua tahun.
Di fase ini, jaringan otak anak mulai terbentuk, termasuk juga perkembangan tulang dan berbagai organ tubuh lainnya. Dalam proses perkembangan ini, anak membutuhkan asupan dan nutrisi yang baik termasuk asupan seperti protein hewani.
Advisor SEANUTS Profesor Saptawati Bardosono mengungkapkan, protein hewani memiliki kualitas untuk melakukan perbaikan gizi lebih baik dari protein nabati, sebab memiliki struktur mendekati struktur protein manusia.
Salah satu sumber protein hewani seperti susu, kata Saptawati, dapat melengkapi asupan macro dan micronutrient yang baik untuk anak.
Baca Juga: Ingin Terhindar dari Kematian Dini? Konsumsi Protein Nabati, yuk!
"Susu akan melengkapi asupan protein sehingga tumbuh kembang anak menjadi lebih baik," tuturnya.
Protein hewani sendiri merupakan sumber zat gizi yang dibutuhkan untuk memaksimalkan perkembangan fungsi otak yang berpengaruh pada fungsi kognitif anak di kemudian hari.
Protein hewani juga mengandung asam amino esensial, sebuah zat mikronutrien yang berperan penting pada kehidupan manusia.
Dikatakan esensial, karena zat ini tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh dan harus didapatkan dari makanan seperti daging, seafood, ikan air tawar, telur, serta susu.
Sayangnya, sejumlah penelitian di beberapa daerah di Indonesia secara khusus mendapati hubungan yang erat antara kekurangan asupan protein hewani terhadap masalah stunting atau kurang gizi kronis.
Baca Juga: Ingin Sistem Kardiovaskular Sehat? Ganti Daging dengan Protein Nabati!
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Kementerian Kesehatan, prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita di Indonesia mencapai 17,7 persen. Sementara prevalensi stunting atau masalah gizi kronis mencapai 30,8 persen.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata konsumsi kalori dan protein per kapita per hari penduduk Indonesia sampai dengan Maret 2020 adalah 2.112,06 kkal dan 61,98 gram protein.
Dari angka itu, asupan protein hewani sebanyak 15,9 gram yang berasal dari ikan, udang, cumi, kerang, daging, serta telur dan susu.
Sementara protein nabati sebanyak 30,08 gram, berasal dari padi-padian, umbi-umbian, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, dan bahan makan lain. Serta dari bahan makanan dan minuman jadi sebanyak 15,94 gram.
Hal ini lah yang mendasari studi lapangan South-East Asia Nutrition Survey (SEANUTS), sebuah studi mengenai gizi dan kesehatan yang dilakukan di empat negara di Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam.
Penelitian tersebut dilakukan oleh lembaga penelitian dan universitas di Indonesia, dan melibatkan sekitar 3 ribu anak di seluruh Indonesia dengan rentang usia 6 bulan–12 tahun yang dilakukan di 21 Kabupaten/Kota pada 15 Provinsi di Indonesia.
Penelitian ini juga melibatkan sekitar 25 personil dari kalangan dokter, ahli gizi, kesehatan masyarakat dan bidang olahraga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi anak dengan menilai asupan makanan, ukuran antropometri, aktivitas fisik, dan parameter biokimia.
Studi yang diprakarsai oleh Friesland Campina, induk perusahaan produk - Frisian Flag Indonesia ini diharapkan dapat menjadi acuan pemangku kepentingan dalam mengambil kebijakan untuk mengentaskan kasus gizi kurang di Indonesia.
"Melalui studi SEANUTS ini, kami berharap dapat membuka peluang untuk berkolaborasi bersama para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah agar dapat bersama-sama mengentaskan kasus malnutrisi dan meningkatkan literasi gizi masyarakat," ujar Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia Andrew F. Saputro.