Suara.com - Gastroenteritis alias penyakit flu perut merupakan penyakit gangguan pencernaan yang bisa menyebabkan diare.
Oleh masyarakat awam, gastroenteritis biasa dikenal sebagai penyakit muntaber. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak, meskipun bisa juga terjadi pada orang dewasa.
Lalu, apa penyebab penyakit gastroenteritis? Apa saja gejala yang patut diwaspadai dan bagaimana cara mengobatinya?
Baca Juga: Gejala Virus Corona MIrip Flu Perut, Begini Cara Membedakannya!
Dilansir Alodokter, gastroenteritis disebabkan oleh infeksi virus yang sangat mudah menular. Dua virus yang paling sering menyebabkan gastroenteritis adalah Norovirus dan Rotavirus. Pada sebagian kecil kasus, gastroenteritis terjadi akibat adanya infeksi Adenovirus atau Astrovirus.
Penularan biasanya terjadi melalui kontak langsung, misalnya dengan berjabat tangan atau tidak sengaja teciprat air liur penderita saat bersin. Penularan juga bisa terjadi lewat makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi.
Risiko terinfeksi gastroenteritis sangat rendah jika Anda rutin mencuci tangan dengan sabun.
Pada kondisi tertentu, penggunaan obat-obatan jenis antibiotik, antasida, dan obat kemoterapi juga bisa menyebabkan gastroenteritis.
Paparan logam berat seperti timbal, arsen, atau merkuri juga bisa menyebabkan peradangan usus yang mengaraha pada gastroenteritis.
Baca Juga: Habiskan Rp 250 Ribu di Restoran All You Can Eat, Wanita Ini Malah Muntaber
Gejala gastroenteritis yang paling sering terlihat adalah diare dan muntah, yang muncul 1-3 hari pasca terinfeksi. Biasanya diare dan muntah berlangsung selama 2 hari, namun bisa menjadi lebih lama jika tak mendapat penanganan maksimal.
Penderita gastroenteritis juga bisa mengalami gejala tambahan seperti demam, menggigil, sakit kepala, mual, tidak nafsu makan, nyeri perut, hingga nyeri otot dan sendiri.
Faktor Risiko Gastroenteritis
Seperti disebutkan sebelumnya, gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-anak. Namun, bukan berarti penyakit ini tak bisa menyerang orang dewasa.
Pada anak-anak dan balita, risiko terserang gastroenteritis lebih tinggi karena sistem kekebalan tubuh yang belum sempuran.
Lansia dan orang dewasa dengan sistem kekebalan tubuh rendah, pengidap AIDS atau pasien kanker yang tengah menjalani kemoterapi misalnya, juga rentan terserang gastroenteritis.
Risiko lebih tinggi juga dimiliki siswa-siswi penghuni asrama, yang sering berinteraksi dalam lingkungan tertutup dan berpotensi menyebarkan virus.
Infeksi gastroenteritis sejatinya dapat sembuh sendiri setelah beberapa hari tanpa pengobatan khusus. Pengobatan mandiri dilakukan untuk menghilangkan gejala dan mencegah dehidrasi yang rentan dialami.
Minum lebih banyak air putih dan makanan bernutrisi. Pasien disarankan untuk makan dalam porsi sedikit namun sering, untuk menghindari makanan keluar saat muntah.
Makanan dan minuman yang dapat merangsang sistem pencernaan sebaiknya dihindari, seperti susu, yogurt, kopi, alkohol, keju, serta makanan pedas, tinggi lemak, dan berserat tinggi.
Jika kondisi ini tak juga membaik setelah lebih dari 3 hari, pasien disarankan berobat ke dokter untuk mendapatkan penanganan lanjutan.