WHO: Kerja Lebih dari 55 Jam per Minggu Picu Kematian Dini

Kamis, 17 Juni 2021 | 19:41 WIB
WHO: Kerja Lebih dari 55 Jam per Minggu Picu Kematian Dini
Ilustrasi bekerja (Unsplash/Bench Accounting)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa banyak orang sering lembur dan memiliki beban kerja lebih besar selama pandemi virus corona Covid-19. Sindrom "selalu aktif" ini hanya menambah stres secara keseluruhan.

Orang-orang bekerja sangat keras hingga menderita beberapa penyakit, hanya istirahat makan siang sebentar dan kebanyakan makan sambil bekerja.

Dalam sebuah laporan baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berbagi bahwa orang yang bekerja lebih lama memiliki risiko tinggi terkena penyakit jantung iskemik dan stroke.

Hal serupa juga berlaku pada orang yang bekerja 55 jam per Minggu atau lebih, dibandingkan dengan orang yang bekerja antara 35-40 jam per Minggu.

Dr. Tilak Suvarna, Ahli Jantung Intervensi Senior, Institut Jantung Asia, Mumbai, mengatakan jam kerja yang panjang termasuk bahaya kesehatan serius dan terkait dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung coroner dan stroke.

Ilustrasi kerja lembur (shutterstock)
Ilustrasi kerja lembur (shutterstock)

Kemungkinan peningkatan risiko penyakit serius itu terkait dengan durasi kerja yang lebih lama, sehingga orang tidak memiliki waktu untuk olahraga atau aktivitas fisik.

Pada akhirnya, hal ini bisa meningkatkan risiko penyakit jantung. Karena, jam kerja tidak teratur, waktu makan tak teratur, kebiasaan makan yang tidak sehat, dan tingkat stres mental yang lebih tinggi merupakan faktor risiko serangan jantung dan stroke.

Selain itu, jam kerja yang panjang menyumbang sekitar sepertiga dari kasus kenaikan berat badan akibat jam kerja dan telah ditetapkan sebagai faktor risiko yang relatig baru untuk penyakit akibat kerja.

"Faktor-faktor di atas semakin kuat atau meningkat selama pandemi virus corona, karena kebanyakan orang terkurung di dalam rumah dan bekerja tanpa batas waktu," kata Dr Tilak dikutip dari Times of India.

Baca Juga: WHO Ubah Nama-Nama Varian Virus Corona, Termasuk Asal-usul Varian Delta!

Dr Tilak juga berpendapat terbatasnya ruang gerak, pekerjaan yang menuntut harus siap siaga, jam kerja tak jelas, meningkatnya jumlah PHK dan beban pekerjaan, itu semua telah meningkatkan faktor risiko penyakit jantung.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI