Bikin Kasus Covid-19 Indonesia Membludak, Ini 5 Fakta Virus Corona Varian Delta

Kamis, 17 Juni 2021 | 17:55 WIB
Bikin Kasus Covid-19 Indonesia Membludak, Ini 5 Fakta Virus Corona Varian Delta
Ilustrasi virus corona, hidung, mimisan (Pixabay/mohamed_hassan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Data Kementerian Kesehatan per 13 Juni 2021 menunjukan sudah ada 107 virus corona varian Delta menyebar di dalam negeri, ada 36 varian Alfa, dan 5 varian Beta.

Varian Delta adalah virus corona yang bermutasi, pertama kali ditemukan di India, varian Alpha dari Inggris, dan varian Beta dari Afrika Selatan.

Sehingga berdasarkan data di atas, varian Delta jadi mutasi virus corona yang mendominasi Indonesia. Tapi hingga kini, tidak banyak orang yang tahu fakta seputar varian ini.

Berikut penjelasan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Tjandra Yoga Aditama berdasarkan data Ogranisasi Kesehatan Dunia (WHO) seputar varian Delta, Kamis (17/6/2021).
 
1. Terbukti meningkatkan penularan

Baca Juga: Darurat! Enam Warga Tangsel Kontak Erat Covid-19 Varian Delta

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)

Seperti laporan kasus di Inggris, terdapat 42.323 kasus varian Delta, naik 70 persen dari minggu sebelumnya, atau naik 29.892 kasus hanya dalam waktu satu minggu saja.

Ditambah data Public Health England (PHE) melaporkan, varian Delta ternyata 60 persen lebih mudah menular daripada varian Alfa. Ditambah durasi waktu virus menggandakan diri berkisar antara 4,5 sampai 11,5 hari.
 
2. Berisiko tertular kembali

Masih berdasarkan data di Inggris, orang yang tertular kembali Covid-19 dengan varian Delta lebih banyak dibanding varian Alfa.

Jumlahnya yakni 2,6 persen, dan yang varian Alfa sebesar 1,6 persen pada mereka yang ada riwayat bepergian serta 8,2 persen pada varian Delta dan 12,4 persrn pada varian Alfa pada orang tidak ada riwayat bepergian.
 
3. Memperparah penyakit dan meningkatkan risiko kematian

Meski hal ini belum terkonfirmasi, namun menurut data WHO hingga 8 Juni 2021 varian ini menyebabkan peningkatan rawat inap Covid-19 di rumah sakit.

Baca Juga: Update Covid-19 RI Sepekan: Kasus Positif Naik 38,3 Persen, Angka Kesembuhan Menurun

"Di sisi lain, memang ada beberapa laporan yang membahas tentang kemungkinan lebih beratnya penyakit yang ditimbulkan varian ini," ujar Prof. Tjandra.
 
4. Masih bisa terdeteksi lewat PCR

Sejauh ini WHO juga belum menemukan data jika pemeriksaan swab Polymerase chain reaction (PCR) tetap bisa mendeteksi varian Delta. Bahkan pemeriksaan swab rapid antigen juga bisa mendeteksi varian yang bisa menular ke 5 orang sekaligus ini.

5. Menurunkan efikasi vaksin Pfizer dan Astrazeneca

Data di Inggris juga menunjukkan terjadinya sedikit penurunan efektifitas vaksin Pfizer dan AstraZeneca terhadap varian Delta dibandingkan dengan varian Alfa.

Bahkan data penelitian di The Lancet menemukan penurunan netralisasi pada varian Delta yang diberi vaksin Pfizer, lebih tinggi dari penurunan netralisasi pada varian Alfa dan Beta.

"Dari berbagai data yang ada maka secara umum pemberian vaksin Pfizer dan Astra Zeneca dua kali masih dapat melindungi terhadap varian Delta, tetapi memang harus dua kali dan jangan hanya satu kali," pungkas profesor yang juga Firektur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI