Suara.com - Pemerintah menargetkan 181,5 juta penduduk, atau 70 persen populasi, harus tervaksinasi Covid-19 agar terciptanya kekebalan kelompok. Angka tersebut juga ditargetkan rampung dalam waktu satu tahun.
Namun, enam bulan setelah program vaksinasi Covid-19 dimulai, baru sekitar 11,8 juta penduduk Indonesia yang sudah diimunisasi dua dosis. Dengan kata lain, cakupan vaksinasi baru sekitar 29 persen.
Data Satgas Penanganan Covid-19, warga yang sudah mendapat suntikan dosis pertama hingga Rabu (16/6) tercatat 21.448.774 orang.
Epidemiolog Universitas Indonesia prof. dr. Syahrizal Syarif mengatakan bahwa pemerintah memang harus mengejar program vaksinasi kepada masyarakat sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya, terutama vaksinasi Covid pada lansia.
Baca Juga: Hari Ini, Presiden Jokowi Dijadwalkan Pantau Vaksinasi Massal di Stadion Pakansari Bogor
"Saya sekali lagi mau wanti-wanti pemerintah yaitu cakupan untuk lansia rendah sekali, jauh dari target. Pemerintah harus belajar, harus mengevaluasi kenapa target lansia tidak tercapai," kata Syarif saat dihubungi suara.com beberapa waktu lalu.
Syarif mengkritik proses skrining yang harus diikuti lansia sebelum bisa mendapatkan vaksin Covid-19, yang dinilai terlalu ketat. Bahkan aturan yang diterapkan pemerintah itu justru lebih rumit dari yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"WHO pun tidak mensyaratkan orang lansia menerima vaksin harus dilakukan skrining seketat kita. Yang hipertensi enggak boleh, yang lagi diabet nggak boleh disuntik. Akhirnya itu menimbulkan ketakutan di kalangan lansia. Bahkan dikalangan yang tidak lansia pun takut," ucap Syarif.
"Saya berharap skrining itu dimudahkan. Di negara-negara maju justru dicari siapa yang paling tua usianya, siapa yang paling banyak komorbitnya, itulah yang harus divaksin. Kita di sini justru menghambat-hambat dengan skrining yang tidak perlu," imbuhnya.
Mengacu pada rekomendasi WHO, Syarif mengatakan bahwa skrining ketat justru dilakukan terhadap ibu hamil, penyintas Covid, orang dengan gangguan alergi berat, juga orang dengan gangguan imunitas.
Baca Juga: CATAT Lokasi Vaksin Covid-19 di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Tangerang Selatan
"Itu yang harus diskrining. Tapi kalau hipertensi 120 suntik aja, enggak apa-apa. Di mana-mana juga disuntik enggak apa-apa. Justru kalau lebih banyak penyakitnya itu yang di vaksin. Negara-negara maju saja tidak ada yang seperti itu. Kita sama Filipina mungkin aja yang skring ketat. Mungkin Filipina juga mencontoh kita," pungkas Syarif.