Cegah Kolaps karena Serangan Jantung, Perhatikan Intensitas Olahraga Anda

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 17 Juni 2021 | 06:29 WIB
Cegah Kolaps karena Serangan Jantung, Perhatikan Intensitas Olahraga Anda
Gelandang Timnas Denmark, Christian Eriksen (bawah) kolaps di tengah lapangan pada laga Grup B Euro 2020 kontra Finlandia, Sabtu (13/6/2021) malam WIB. [Jonathan NACKSTRAND / AFP / POOL]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Markis Kido dan Christian Eriksen menjadi contoh nyata atlet kolaps di lapangan karena serangan jantung. Bagi masyarakat awam, apa yang perlu diperhatikan agar tidak mengalami kejadian serupa?

dr. Darwin Maulana, Sp.JP, pakar jantung dan pembuluh darah dari Primaya Hospital Makassar mengatakan, kunci mencegah kolaps di lapangan adalah mengetahui kemampuan dan kondisi jantung.

"Saat seseorang melakukan olahraga dengan intensitas yang melebihi kemampuan jantung, terlebih belum diketahuinya kondisi kesehatan jantung saat melakukan olahraga, maka hal tersebut dapat membebani kerja jantung sehingga dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan gangguan pada jantung," ujar dr. Darwin, dalam keterangan tertulis yang diterima Suara.com.

Ia menambahkan bahwa bagi masyarakat awam yang ingin berolahraga untuk menjaga kesehatan dan kebugaran, tidak perlu melakukan olahraga intensitas tinggi.

Baca Juga: Eriksen Kena Serangan Jantung, Denmark Minta UEFA Ubah Prosedur Pertandingan

Markis Kido (Instagram @badminton.ina)
Markis Kido (Instagram @badminton.ina)

Apalagi jika memiliki riwayat penyakit kardivaskular seperti jantung koroner, hipertensi, kolesterol tinggi ataupun penyakit metabolik seperti diabetes.

"Terlebih jika telah terdapat gejala-gejala penyakit jantung koroner seperti nyeri dada saat beraktivitas, cepat lelah, sesak nafas jika berjalan jauh atau menaiki tangga, berdebar, dan lain sebagainya," ujarnya.

Khusus pasien jantung koroner, olahraga dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan terjadinya sumbatan aliran darah. Sebab dalam proses olahraga, permintaan darah dan oksigen akan meningkat.

"Disini yang pada akhirnya terjadi missmatch antara supply and demand yang berujung perburukan kondisi otot jantung. Terlebih jika terjadi penyumbatan koroner yang tiba-tiba (rupture plaq) saat berolahraga sehingga menyebabkan serangan jantung," ujarnya lagi.

dr Darwin mengatakan ada sejumlah gejala yang bisa diperhatikan saat olahraga, yang menunjukkan adanya serangan jantung. Di antaranya:

Baca Juga: Terpopuler Kesehatan: Markis Kido Sempat Ngorok Hingga Gaya Hidup Sehat Cristiano Ronaldo

Dada terasa tertekan, berat, hingga akhirnya dirasakan nyeri hebat yang mungkin berlangsung lebih dari 20 menit.
Keringat dingin tiba-tiba dengan intensitas keringat yang berlebih hingga membasahi baju.
Rasa tidak enak dalam tubuh, pandangan menjadi kabur, hingga pingsan.
Berdebar, hingga kejang pada tubuh.
Sesak nafas tiba-tiba.
Terkadang nyeri ulu hati yang menjalar hingga ke dada ataupun tembus ke punggung, padahal tidak ada riwayat sakit lambung sebelumnya.

Jika serangan jantung terjadi, segera lakukan pertolongan pertama dan CPR. Hindari mendudukkan pasien dan memberikan makanan atau minuman dalam kondisi tidak sadar.

"Ciri-ciri serangan jantung akan sama, baik pada saat berolahraga maupun saat beristirahat. Jika serangan jantung terjadi pada saat istirahat, penyakit jantung koroner yang diderita kemungkinan besar lebih berat, sumbatan koroner yang terjadi bisa lebih dari 1 tempat, ataupun lokasi sumbatan berada di pangkal pembuluh darah koroner," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI