Covid-19 Bukan yang Terakhir, Ini Pandemi Berikutnya yang Tak Kalah Mengkhawatirkan Dunia

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Kamis, 17 Juni 2021 | 06:20 WIB
Covid-19 Bukan yang Terakhir, Ini Pandemi Berikutnya yang Tak Kalah Mengkhawatirkan Dunia
Ilustrasi Pandemi. (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hingga kini pandemi Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 177 juta jiwa dan menyebkan lebih dari 3,8 juta kematian. Pandemi yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China itu masih terus berlangsung.

Sejumlah ahli masih terus memprediksi kapan pandemi Covid-19 berakhir. Tapi, jika berpikir bahwa Covid-19 adalah pandemi terakhir bisa jadi anggapan itu keliru.

Pandemi berikutnya yang telah mengintai dunia ialah resistensi antibiotik. Seperti diketahui, bahwa antibiotik merupakan komponen krusial di semua sistem kesehatan.

Ilustrasi (Foto: shutterstock)
Ilustrasi (Foto: shutterstock)

Di dalam artikel yang dipublikasikan The Lancet Global Health, tim penulis dari manajemen senior ReAct – Action on Antibiotic Resistance menyampaikan bahwa pendekatan sistem kesehatan nasional dan global merupakan hal krusial untuk menekan konsekuensi menakutkan dari resistensi antibiotik.

Baca Juga: 4 Poin Klarifikasi BCL Soal Positif Covid-19, Bantah Tertular Gegara Liburan ke Bali

"Merupakan hal positif melihat masyarakat global berharap bahwa Covid-19 merupakan pandemi terakhir. Namun, kami sangat khawatir menyaksikan pandemi resistensi antibiotik yang terus berlangsung dan masih belum mendapat perhatian memadai dari pembuat kebijakan," kata Penulis utama dan Penasihat Senior ReAct, Profesor Otto Cars

Ia mengatakan bahwa semua pihak perlu segera bertindak, mengubah narasi mengenai resistensi antibiotik, dan tidak terlalu tergantung pada sistem inovasi yang ada untuk memperoleh terapi ampuh yang dibutuhkan

Dalam keterangan tertulisnya, peneliti mengatakan bahwa memastikan ketersediaan antibiotik yang efektif sebagai sumber daya global membutuhkan tanggung jawab politis lebih besar dalam waktu dekat. Ini juga memerlukan keterlibatan masyarakat di semua negara.

"Covid-19 telah mewujudkan kolaborasi global luar biasa, yang juga mendorong mobilisasi respons kebijakan yang dibutuhkan untuk mengatasi resistensi antibiotik.”

Sementara itu, Profesor Sujith J Chandy, Direktur ReAct Asia Pasifik mengatakan bahwa keterhubungan global dalam hal kesehatan, khususnya penyakit infeksi, tidak pernah terlihat nyata seperti saat ini.

Baca Juga: Dua Vaksin Covid-19 Ini Punya Efektivitas Lebih dari 90 Persen Terhadap Varian Delta

"Aksi nyata untuk atasi permasalahan resistensi antibiotik juga merupakan kebutuhan yang urgen. Banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah yang antusias mengembangkan rencana aksi nasional. Namun rencana tersebut tidak dapat terlaksana akibat sumber daya yang tidak memadai.

Negara berpenghasilan tinggi perlu menunjukkan kepemimpinan global dengan mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak tepat di semua sektor; membiayai pendekatan delinked terkini dalam pengembangan antibiotik baru; dan mengalokasikan sumber daya memadai untuk memperkuat kapasitas dan tata kelola penerapan rencana aksi nasional di negara-negara dengan sumber daya terbatas.

" Hal ini tidak saja membutuhkan mobilisasi sumber daya global dalam waktu singkat, tetapi juga komitmen jangka panjang nasional yang mengintegrasikan resistensi antibiotik dengan upaya pembangunan yang tengah berjalan," kata dia.

Profesor Chandy menyimpulkan, Covid-19 telah menunjukkan ketimpangan kesehatan global dalam hal akses terhadap pengobatan yang menyelamatkan nyawa dan tindakan profilaksis yang tepat waktu. Masyarakat dunia perlu belajar dari hal ini. Tujuan akhir dari upaya penanganan resistensi antibiotik seharusnya untuk memastikan akses berkelanjutan terhadap antibiotik yang efektif bagi semua orang.”

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI