Kasus Covid-19 di Indonesia Meledak, IDI Minta Pemerintah Terapkan Lockdown

Selasa, 15 Juni 2021 | 16:57 WIB
Kasus Covid-19 di Indonesia Meledak, IDI Minta Pemerintah Terapkan Lockdown
Sejumlah tenaga kesehatan berdoa sebelum melakukan perawatan terhadap pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Jumat (22/1/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menyusul lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia, khususnya di DKI Jakarta dan Kudus, Jawa Tengah, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban, meminta pemerintah untuk menerapkan lockdown.

Namun, lockdown yang dimaksud oleh Zubairi ialah untuk menggantikan istilah Perlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro dengan lockdown.

"Didasari melonjaknya kasus Covid-19 dan rawat inap, saya merasa Indonesia butuh istilah baru sebagai ganti PPKM Mikro. Saya rekomendasikan kata lockdown saja agar monitoringnya lebih tegas dan lebih serius, meski isi konten kebijakannya tidak jauh beda dengan PPKM," ujar Prof. Zubairi dalam cuitannya di Twitter, dikutip Suara.com, Selasa (15/6/2021).

Sejumlah tenaga kesehatan bersiap melakukan perawatan terhadap pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Jumat (22/1/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Sejumlah tenaga kesehatan bersiap melakukan perawatan terhadap pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Jumat (22/1/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Lebih jauh saat dikonfirmasi Suara.com, dokter yang akrab disapa Prof. Beri itu mengatakan istilah 'lockdown' perlu digunakan, untuk mengubah gaya bahasa baru pemerintah yang menegaskan ke masyarakat bahwa kasus Covid-19 di Indonesia perlu jadi perhatian serius.

Baca Juga: Indonesia Darurat Covid-19! Keterisian Tempat Tidur Pasien RS di 15 Daerah Capai 90 Persen

Dengan mengganti istilah PPKM menjadi lockdown ini, kata Prof. Beri, pemerintah tetap bisa menerapkan aturan yang sama dengan sebelumnya. Namun penggunaan lockdown, diyakini akan mendapat tanggapan serius oleh masyarakat.

Apalagi, lanjut dia, lonjakan kasus Covid-19 di Kudus dipengaruhi varian Delta, yang pertama kali ditemukan di India. Varian ini lebih cepat menular, dari satu orang bisa menginfeksi 5 orang sekaligus.

"Bukan hanya varian baru, kasus Covid-19 pasca lebaran, kasus yang tidak terdeteksi lewat tes juga pengaruhi lonjakan kasus Covid-19," kata Profesor Spesialis Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini.

Untuk mengendalikan kasus Covid-19 tidak semakin parah, maka yang harus dilakukan adalah menerapkan kebijakan dan aturan yang dibuat dengan sebenar-benarnya dan tegas.

"Karena kan yang sudah-sudah kebijakan aturannya sudah bagus, tapi kenyataan di lapangannya atau praktiknya yang enggak bagus," pungkas Prof. Beri.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Bikin Desainer Dituntut Kreatif dan Berpikir Out of the Box

Sementara itu, di RSD Wisma Atlet jumlah pasien Covid-19 membludak dari lampu kuning berubah menjelang merah, dan daya tampung tempat tidur semakin menipis.

Kini sebanyak 5.453 pasien positif Covid-19 sedang dirawat di rumah sakit Kemayoran itu, Selasa (15/6) hari ini bertambah 425 pasien.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI