Suara.com - Olahraga memang dibutuhkan sebagai bagian pola hidup sehat juga menjaga kebugaran tubuh. Tetapi olahraga yang ideal tidak harus seperti atlet.
Kemampuan fisik setiap orang tentu berbeda-beda, tergantung dari usia juga kondisi kesehatannya. Sport Physical fisioterapi Asep Azis, SST. Ft., mengatakan, ada tiga prinsip yangbsetidaknya perlu diikuti sebelum melakukan olahraga.
Sebab tujuannya bukan hanya agar tubuh bugar tetapi bagaimana terhindar dari kondisi tak terduga seperti cidera ataupun serangan jantung saat berolahraga.
"Olahraga tidak harus langsung bersifat permainan seperti sepak bola, basket. Bukan berarti tidak boleh, tetapi olahraga perlu dilakukan secara bertahap. Itu prinsip olahraganya," kata Asep dalam webinar Combhipar, Selasa (15/6/2021).
Baca Juga: Legenda Bulutangkis Indonesia Markis Kido Meninggal Dunia
Kemudian prinsip olahraga kedua juga harus sesuai dengan kemampuan. Artinya intensitas atau berat tidaknya olahraga perlu diukur dengan menghitung detak jantung.
Ketiga, melakukan kaidah olahraga seperti warming up atau pemanasan sebelum olahraga. Juga melakukan cooling down atau pendinginan setelah berolahraga. Selain itu, jenis olahraga juga disesuaikan dengan konfisi fisik.
"Misalnya merasa berat badan masih berlebih, kurangi yang olahraga high impact seperti loncat-loncat. Mulai saja dari berenang, sepeda statis itu yang akan membuat sendi jadi lebih baik," sarannya.
Medical expert Combhipar dr. Edo Adimasta menambahkan, jangan memaksakan diri berolahraga jika tubuh sudah merasa kelelahan. Apalagi jika telah mengalami masalah otot juga keausan sendi atau osteoarthritis.
"Boleh tetap bergerak dengan menilai kondisi fisik seperti apa. Jadi nanti bisa dilakukan gerakan olahraga yang sesuai," katanya.
Baca Juga: Markis Kido Embuskan Nafas Terakhir di Lapangan Bulu Tangkis, Usai Kena Serangan Jantung
Orang-otang yang telah memiliki masalah sendi biasanya hanya akan direkomendasikan melakukan gerakan olahraga ringan atai low impact. Dokter Edo menyampaikan, olahraga ringan pada intinya tidak melakukan gerakan meloncat.
"Low impact itu satu gerakan yang kaki tidak meninggalkan lantai. Misalnya yoga, bisa menari ringan, atau misalnya berenang, seped, itu mungkin bisa dilakukan. Intinya olahraga yang memang tidak meloncat," pungkasnya.