Suara.com - Legenda bulutangkis Indonesia Markis Kido meninggal dunia akibat serangan jantung pada Senin (14/6) malam. Peraih medali emas Olimpiade Beijing itu alami henti jantung saat tengah bermain bulutangkis.
Menurut dokter spesialis keolahragaan dr. Andi Kurniawan, Sp.OK., kondisi yang terjadi pada Markis Kido sebenarnya bisa dialami siapa saja. Risiko tersebut bisa makin besar jika seseorang memiliki penyakit penyerta atau komorbid yang juga dimiliki oleh Markis Kido.
"Sebenarnya yang terjadi pada Markis Kido bisa terjadi pada siapa saja. Dan Markis Kido itu semenjak masih jadi atlet memang terdeteksi hipertensi," kata dokter Andi saat dihubungi suara.com, Selasa (15/6/2021).
"Jadi mau atlet atau bukan atlet, risiko henti jantung saat olahraga bisa terjadi kepada siapa saja. Maka penting sekali melakukan medical checkup untuk mengetahui kondisi tubuh seperti apa," imbuhnya.
Baca Juga: Markis Kido, Sang Legenda Periah Medali Emas Olimpiade Berpulang
Selain hipertensi seperti yang diidap Markis Kido, komorbid seperti kolesterol tinggi dan kebiasaan merokok juga bisa meningkatkan risiko terjadinya henti jantung saat berolahraga, jelas dokter Andi.
"Yang dikhawatirkan adanya kelistrikan jantung atau terjadi sumbatan pada pembuluh darah yang menuju atau dari jantung. Karena itu kolesterol tinggi dan kebiasaan merokok itu bisa tingkatkan risiko henti jantung," paparnya.
Faktor pemicu lainnya selain kesehatan secara medis, kondisi fisik saat berolahraga juga bisa sebabkan risiko serupa. Dokter Andi mengatakan, seseorang yang kelelahan akibat berolahraga atau melakukan olahraga terlalu berat saat kondisi fisik tidak fit bisa membebani kerja jantung.
"Ketika seseorang kelelahan, beban jantung meningkat. Jadi seseorang kelelahan ketika olahraga, kerja jantungnya lebih berat. Sehingga kalau ada sumbatan atau gangguan kelistrikan jantung akan menyebabkan henti jantung mendadak," ucapnya.
Baca Juga: Markis Kido Ambruk Saat Bulu Tangkis, Simak Tanda Jantung Bermasalah saat Olahraga