Keparahan Turun 70 Persen, Uji Coba Obat COVID-19 Celltrion Beri Hasil Positif

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 14 Juni 2021 | 18:50 WIB
Keparahan Turun 70 Persen, Uji Coba Obat COVID-19 Celltrion Beri Hasil Positif
Ilustrasi obat Coviid-19. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Uji coba obat COVID-19 masih dilakukan oleh perusahaan farmasi dari berbagai dunia. Terbaru, obat antibodi COVID-19 buatan Celltrion menunjukkan hasil positif.

Dilansir ANTARA, perusahaan farmasi asal Korea Selatan tersebut mengatakan obat COVID-19 yang diteliti aman dan mampu mengurangi masa pengobatan hampir lima hari dalam uji klinis global Tahap 3.

Uji coba, yang melibatkan 1.315 partisipan, berlangsung sejak Januari di 13 negara, seperti di Korea Selatan, Amerika Serikat, Spanyol dan Rumania, kata Celltrion melalui pernyataan.

Pengobatan itu memperlambat gejala COVID-19 parah di lebih dari 70 persen pasien, termasuk kelompok berisiko tinggi dengan riwayat penyakit.

Baca Juga: Mengenai Terapi Monoklonal, Benarkah Efektif Mengobati Pasien Covid-19?

Pengobatan itu juga mempercepat masa penyembuhan hingga 4,9 hari.

Pada Februari Korea Selatan, yang memberikan persetujuan bersyarat untuk pengobatan antibodi, menjadikannya pengobatan COVID-19 buatan dalam negeri pertama yang mengantongi izin seperti itu.

Pihak perusahaan mengaku akan mengupayakan otorisasi penuh berdasarkan hasil uji coba.

Saham Celltrion melonjak 5,6 persen pada perdagangan Senin pagi, dibanding dengan penurunan 0,3 persen di pasar yang lebih luas.

Februari lalu, Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) mulai mengevaluasi obat antibodi yang termasuk ke dalam kelas perawatan antibodi monoklonal, yang menyerupai antibodi alami yang dihasilkan oleh tubuh untuk melawan infeksi.

Baca Juga: Obat Ivermectin Disebut Ampuh Obati Covid-19, Ini Respon Satgas IDI

Obat antibodi monoklonal dapat disatukan di laboratorium dan telah digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker.

"Terlalu dini untuk menarik kesimpulan mengenai keseimbangan khasiat dan risiko obat tersebut," ungkap EMA, sekaligus menjelaskan pihaknya belum mengevaluasi seluruh data mengenai regdanvimab.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI