Suara.com - Kurang tidur sesekali mungkin tampaknya tidak menyebabkan masalah besar, tetapi ketika sering terjadi, dampaknya sangat intens dan efeknya bisa bertahan lama. Bahkan dalam keadaan ekstrim, kurang tidur dapat menyebabkan kematian dini.
"Sebagai masyarakat, sebagai keluarga dan individu, kita belum sepenuhnya menghargai pentingnya tidur. Tidur, bersama dengan pola makan dan olahraga, merupakan dasar kesehatan yang baik," kata Terry Cralle, RN, pendidik tidur klinis bersertifikat di Fairfax, Virginia.
Kurang tidur kronis meningkatkan risiko kondisi medis serius, seperti obesitas, penyakit jantung, dan diabetes, menurut Everday Health.
Sementara saat tidur tubuh akan mengeluarkan hormon yang membantu mengontrol nafsu makan, metabolisme, dan pemrosesan glukosa, kurang tidur justru akan mengeluarkan 'hormon stres', yakni kortisol.
Baca Juga: Gawat! Ketersediaan Tempat Tidur di Wisma Atlet Menipis
Selain itu, kurang tidur tampaknya membuat hormon tubuh lainnya rusak. Tubuh menjadi lebih sedikit melepaskan insulin setelah seseorang makan.
Gabungan peningkatan kortisol dengan sedikitnya pelepasan insulin di dalam tubuh akan membuat kadar glukosa di dalam aliran darah tinggi yang pada akhirnya meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Meski begitu, banyaknya tidur yang diperlukan setiap orang itu berbeda. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) merekomendasikan orang dewasa harus tidur antara tujuh hingga sembilan jam setiap malam.
Bertentangan dengan kepercayaan populer, tidur satu atau dua jam ekstra pada akhir pekan tidak dapat menggantikan jam tidur yang kurang saat hari-hari kerja.
Hal itu justru dapat membuang jam tubuh internal dan mungkin menyebabkan insomnia pada Minggu malam.
Baca Juga: 4 Langkah Menurunkan Efek Samping Kopi yang Bikin Susah Tidur, Apa Saja?
Jadi, berpegang teguh pada jadwal tidur yang konsisten adalah cara terbaik untuk mengatur jam tidur.