Suara.com - Kasus dugaan pelecehan seksual baru-baru ini kembali mencuat setelah seorang perempuan mengungkapkan bahwa ia merupakan korban dari penyiar sekaligus YouTuber Gofar Hilman.
Berdasarkan ungakapan perempuan tersebut, insiden pelecehan sekual itu terjadi di ruang publik dan disaksikan oleh beberapa orang.
"Di Agustus 2018 gue dateng ke acara yang salah satu bintang tamunya Gofar Hilman di Malang... Kondisinya depan gue rame banget cowok menyaksikan itu cuma teriak “dienakin kok nggak mau?” Iya, gue langsung ngerasa rendah banget," cuit gadis tersebut.
Terkait dengan dugaan kasus di atas, sebuah survei dari organisasi nirlaba Stop Street Harassment menunjukkan bahwa ruang publik merupakan lokasi pertama banyak responden mengalami pelecehan seksual.
Baca Juga: Jerinx SID Komentari Dugaan Pelecehan Seksual Gofar Hilman, Singgung Soal OTG
Secara keseluruhan, tiga lokasi teratas di mana perempuan melaporkan pelecehan seksual adalah di ruang publik (66 persen responden perempuan), di tempat kerja (38 persen, termasuk pekerjaan sementara dan magang), dan di rumah (35 persen).
Setelahnya, tempat lain yang umum terjadi tindak pelecehan adalah sekolah, secara online, dan kampus, lapor Renifery29.
Hasil survei tersebut juga membuktikan bahwa sebagian besar dari kasus tersebut tidak dilaporkan, sampai pada tingkat hal tersebut membuat korban tidak nyaman.
"Satu dari 10 perempuan dan satu dari 20 laki-laki mengatakan mereka mencoba mengubah tugas pekerjaan mereka atau berhenti dari pekerjaan mereka untuk mengindari pelecehan," tulis The New York Times.
"Hanya satu dari 10 perempuan dan satu dari 20 laki-laki yang mengajukan pengaduan resmi ke otoritas atau polisi tentang pelecehan."
Baca Juga: Jerinx SID Come Back! Komentar Pelecehan Seksual Gofar Hilman, Bahas Cancel Culture
Penelitian tersebut menunjukkan betapa meluasnya kejadian tersebut. Tetapi, daripada menyalahkan korban karena tidak melaporkan pengalaman buruknya, penting untuk mempertimbangkan bagaimana lingkungan juga bisa mengintimidasi korban.