Suara.com - Mungkin Anda sering kali mendengar gemuk tapi sehat. Padahal sebah penelitian menegaskan bahwa tidak ada kelebihan berat badan yang dianggap sehat.
Melansir dari Medicinenet, sebuah studi dari University of Glasgow menunjukkan bahwa bahwa orang obesitas yang dianggap sehat masih memiliki risiko berbagai penyakit. Dalam hal ini mereka berisiko mengalami diabetes, penyakit jantung, stroke, hingga penyakit pernapasan.
"Istilah obesitas yang sehat secara metabolik harus dihindari dalam pengobatan klinis karena menyesatkan," catat para peneliti yang dipimpin oleh Frederick Ho. Studi ini diterbitkan di jurnal Diabetologia.
Untuk penelitian ini, Ho dan rekan-rekannya menganalisis data dari lebih dari 381.000 orang di Inggris yang diikuti selama rata-rata 11,2 tahun.
Baca Juga: Jangan Senang Dulu, Anak Kegemukan Lebih Berisiko Alami Diabetes
Mereka membandingkan orang sehat secara metabolik yang tidak obesitas dengan mereka yang obesitas tetapi dianggap sehat secara metabolik (tidak memiliki gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, resistensi insulin dan perubahan metabolisme berbahaya lainnya yang terkait dengan kelebihan berat badan).
Dibandingkan dengan orang sehat yang tidak obesitas, mereka yang sehat secara metabolik tetapi obesitas memiliki kemungkinan 4,3 kali lebih besar untuk menderita diabetes tipe 2, kemudian 18 persen lebih mungkin menderita serangan jantung atau stroke, 76 persen lebih mungkin untuk mengembangkan gagal jantung, 28 persen lebih mungkin untuk memiliki penyakit pernapasan, dan 19 persen lebih mungkin menderita PPOK.
Tak cuma itu, dibandingkan dengan orang yang tidak sehat secara metabolik yang tidak obesitas, mereka yang sehat secara metabolik dan obesitas juga 28 persen lebih mungkin mengalami gagal jantung.
"Orang dengan obesitas yang sehat secara metabolik tetap tidak 'sehat' karena mereka berisiko lebih tinggi terkena serangan jantung dan stroke, gagal jantung, serta penyakit pernapasan dibandingkan dengan orang tanpa obesitas yang memiliki profil metabolisme normal," pungkas para peneliti.
Baca Juga: Jangan Cuma Berat Badan, Begini Cara Ukur Lingkar Kepala Bayi