Duh, Masalah Jantung Hantui Pria Muda yang Disuntik Vaksin Pfizer dan Moderna?

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Sabtu, 12 Juni 2021 | 06:49 WIB
Duh, Masalah Jantung Hantui Pria Muda yang Disuntik Vaksin Pfizer dan Moderna?
Vaksin Pfizer. (Anadolu Agency/Tayfun Coşkun)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah temuan efek samping vaksin COVID-19 kembali diungkap oleh peneliti. Kali ini, efek samping berasal dari jenis vaksin mRNA, seperti vaksin Pfizer dan Moderna.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengungkap, pria muda yang disuntik vaksin mRNA berisiko mengalami kasus inflamasi jantung yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Dilansir ANTARA, lebih dari separuh dari kasus miokarditis dan perikarditis yang dilaporkan ke Sistem Pelaporan Kejadian Buruk Vaksin AS setelah pasien divaksin, baik dengan vaksin Pfizer/BioNTech maupun Moderna, adalah pada orang berusia antara 12-24 tahun, kata CDC. Kelompok usia itu menyumbang kurang dari sembilan persen dari dosis yang diberikan.

"Jelas di situ ada ketidakseimbangan," kata wakil direktur dari Kantor Keamanan Imunisasi CDC, Dr. Tom Shimabukuro, dalam pemaparan di hadapan komite penasihat Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) yang bertemu pada Kamis.

Baca Juga: Hore! Pfizer Siap Sumbangkan 500 Juta Dosis Vaksin COvid-19 untuk Negara Miskin

Ia mengatakan Datalink Keamanan Vaksin (VSD) --sistem monitor keamanan lainny-- menunjukkan peningkatan insiden peradangan jantung pada orang berusia 16-39 tahun yang telah mendapat suntikan dosis kedua dibandingkan dengan tingkat yang diawasi setelah dosis pertama.

Data terbatas memperlihatkan bahwa sebagian besar pasien --sedikitnya 81 persen dari mereka-- sembuh total dari gejala, kata Shimabukuro.

Pfizer dan Moderna tidak dapat dihubungi untuk dimintai keterangan.

Kementerian Kesehatan Israel mengaku telah menemukan kemungkinan kaitan vaksinasi pada segelintir kasus miokarditis yang diawasi, terutama pada pria muda penerima vaksin COVID-19 Pfizer.

CDC menuturkan akan mengelar pertemuan Komite Penasihat Praktik Imunisasi pekan depan guna mengevaluasi bukti lebih lanjut sekaligus menilai risiko miokarditis menyusul vaksinasi mRNA untuk COVID-19.

Baca Juga: Siap-siap! AS Bakal Donasikan 500 Juta Dosis Vaksin Pfizer ke Seluruh Dunia

Apa itu vaksin mRNA?

Banyak orang bertanya-tanya bagaimana bisa ilmuwan dapat mengembangkan vaksin Covid-19 dalam waktu kurang dari satu tahun.

Teknologi mRNA, yang relatif baru, mengandalkan untai sintetis kode genetik disebut messenger RNA untuk memperkuat sistem kekebalan. Sebelumnya, teknologi ini belum disetujui dalam pengembangan vaksin di dunia.

Maitreyi Shivkumar, ahli virologi dan dosen senior biologi molekuler di De Montfort University di Leicester, Inggris, mengatakan perkembangan ini dapat digunakan pada patogen lain di masa depan.

Berdasarkan Live Science, vaksin mRNA terinspirasi oleh biologi dasar.

Sekitar 30 tahun lalu, para ilmuwan menyadari mereka dapat mensintesis mRNA di laboratorium, mengirimkannya ke dalam sel manusia dan menggunakan tubuh untuk membuat protein, seperti protein yang dapat membantu melawan berbagai penyakit.

Pada 1990-an, peneliti di Universitas Wisconsin dan perusahaan bioteknologi Vical Incorporated menemukan cara membuat mRNA yang dapat membuat sel tikus membuat protein.

Lima dari vaksin yang saat ini dalam uji klinis adalah vaksin mRNA, termasuk Pfizer dan Moderna. Meski dibuat dari resep yang berbeda, mereka menggunakan konsep dasar yang sama.

Kedua vaksin tersebut terdiri dari mRNA sintetis yang membawa kode protein lonjakan dari virus, dalam hal ini virus corona jenis baru.

MRNA terbungkus di dalam nanopartikel lemak agar dapat menyusup ke sel-sel manusia dan menyampaikan instruksi pembangunan protein lonjakan tanpa 'membangunkan' sistem kekebalan.

Setelah sel memegang mRNA, sel membuat protein lonjakan, yang pada gilirannya memicu sistem kekebalan untuk menghasilkan gudang sel untuk melawan protein lonjakan dan dengan demikian melindungi tubuh dari SARS-CoV-2.

"Vaksin yang dikembangkan oleh Moderna dan Pfizer kemungkinan besar sangat sukses karena mereka 'meniru infeksi virus', dengan mengaktifkan dua respons kekebalan utama di dalam tubuh," tutur Otto Yang, profesor kedokteran di divisi penyakit menular dan mikrobiologi, imunologi, dan genetika molekuler di Universitas California, Los Angeles.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI