Suara.com - Anak kecil bertubuh gempal atua gemuk, bagi beberapa orang terlihat menggemaskan. Tapi, jika anak memiiki berat badan yang telah melebihi ambang batas kurva tumbuh kembang atau kegemukan, orangtua harus hati-hati.
"Balita yang kegemukan atau obesitas, dapat mengalami peningkatan resistensi insulin, sehingga membutuhkan lebih banyak insulin untuk menjaga kadar gula darahnya," jelas spesialis gizi dari RSIA Melinda Bandung, Dr Johanes Chandrawinata, SpGK, MND dikutip dari ANTARA< Jumat, (11/6/2021).
Dalam penjelasannya, Johanes mengatakan hal itu terjadi ketika produksi insulin meningkat, maka sel-sel beta pankreas penghasil insulin akan dipacu berlebihan memproduksi insulin.
Hal itu berkontribusi pada kerusakan sel beta sehingga lama-kelamaan produksi insulin menurun sehingga muncul diabetes tipe 2.
Baca Juga: Hati-Hati, Penderita Diabetes dengan Pola Tidur Buruk Berisiko Alami Kematian Dini!
"Tinggi nya kadar insulin dapat diperiksa di laboratorium dengan hasil dibandingkan terhadap usia dan jenis kelamin yang sesuai," ujar Johanes.
Namun secara klinis, tingginya kadar insulin dalam tubuh anak obesitas bisa dilihat dari garis hitam pada lipatan leher yang disebut sebagai pseudo acanthosis nigricans.
Johanes kemudian menambahkan bahwa pada umumnya gejala diabetes pada orang dewasa sama seperti pada anak-anak. Ada beberapa gejala khas diabetes yaitu sering merasa haus, cepat lapar, banyak buang air kecil. Pada beberapa kasus, berat badan penderita diabetes mengalami penurunan tanpa sebab walaupun sudah banyak makan. Pada anak-anak hal ini tentu akan mengganggu proses tumbuh kembang.
Sebagai pencegahan, Johanes menganjurkan supaya anak usia dua tahun ke atas mengonsumsi makanan sehat yang sama seperti orang dewasa.
"Kurangi asupan gula dan garam yang berlebihan, hindari minuman dengan kadar gula tinggi seperti sari buah kemasan. Buah sebaiknya dimakan dalam bentuk potongan untuk dikunyah," ujar Johanes.
Baca Juga: Paparan Sinar Matahari Picu Kadar Gula Darah Naik, Kok Bisa?
Garam juga dianjurkan sesedikit mungkin digunakan dalam makanan balita agar tidak mengkondisikan balita untuk suka akan makanan yang asin. Asupan garam seharusnya dibatasi maksimal 5 gram per hari atau 1 sendok peres pada orang dewasa. Pada balita tentunya semakin sedikit garam semakin baik.