Suara.com - Sebuah penelitian yang melibatkan hampir setengah juta orang di Inggris menunjukkan orang yang menderita diabetes dan memiliki masalah gangguan tidur, lebih berisiko tinggi meninggal dunia.
Para peneliti dan berafiliasi dengan University of Surrey dan Northwestern University menerbitkan temuannya dalam Journal of Sleep Research, yang berdasarkan data dari Biobank Inggris.
Dari sekitar 487 ribu orang di seluruh Inggris yang terdaftar dalam penelitian tahun 2006 higga 2010, sekitar seperempatnya menjawab tidak pernah atau jarang mengalami gangguan tidur, 18 persen menjawab kadang-kadang dan 28 persen lainnya menjadi sering.
Mereka yang sering mengalami masalah tidur memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih tinggi, lebih tua dan kemungkinan besar dari kelompok kulit putih, perempuan, perokok aktif serta orang yang menderita depresi dan diabetes.
Baca Juga: Virus Corona Varian Delta Diduga Picu Diabetes Tipe Baru, Ini Kata Ahli!
Sementara, 2 persen peserta sering mengalami gangguan tidur dan menderita diabetes, hampir 70 persen tidak menghadapi masalah ini dan 3 persen menderita diabetes tetapi memiliki kualitas tidur cukup baik.
Selama 8,9 tahun masa tindak lanjut, para peneliti mencatat 19.177 kematian karena penyebab apapun. Tapi, sekitar 3.800 kematian berkaitan dengan penyakit kardiovaskular.
"Diabetes saja dikaitkan dengan 67 persen peningkatan risiko kematian," kata Kristen Knutson, profesor Universitas Northwestern dikutip dari Fox News.
Namun, kematian peserta dengan diabetes yang dikombinasikan dengan masalah tidur sering meningkat menjadi 87 persen. Singkatnya, dokter yang merawat pasien diabetes perlu menyelidiki gangguan tidur yang dialami oleh pasiennya.
"Meskipun kita sudah tahu bahwa ada hubungan kuat antara pola tidur yang buruk dan kesehatan yang buruk, hal ini menggambarkan masalah yang lebih jelas," kata Malcolm von Schantz, pemimpin studi dan profesor kronobiologi di University of Surrey.
Baca Juga: Bagaimana Cara Virus Corona Menginfeksi Paru-paru ? Ini Penjelasan Peneliti
Sebelumnya, peneliti lain telah mencatat bahwa kualitas tidur yang cukup adalah kunci dalam mengelola stres, melindungi kesehatan mental, mengatur suasana hati dan memperoses emosi serta mendukung sistem kekebalan tubuh.
"Dokter harus menganggap masalah tidur sama seriusnya (insomnia maupun gangguan tidur) dengan faktor risiko lain dan bekerja dengan pasien mereka untuk mengurangi risikonya secara keseluruhan," katanya.