Gofar Hilman Diduga Lakukan Pelecehan, Ini Alasan Umum Korban Tak Langsung Speak Up

Rabu, 09 Juni 2021 | 17:36 WIB
Gofar Hilman Diduga Lakukan Pelecehan, Ini Alasan Umum Korban Tak Langsung Speak Up
Gofar Hilman [Instagram/@pergijauh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyiar, komedian, sekaligus YouTuber Gofar Hilman sedang menjadi sorotan karena diduga pernah menjadi pelaku pelecehan seksual beberapa tahun yang lalu. Hal ini diketahui setelah cuitan seorang gadis, yang mengaku sebagai korban, viral.

Dalam cuitan tersebut, sang gadis mengaku pernah menjadi salah satu korban pelecehan seksual Gofar sekitar tiga tahun yang lalu, tepatnya pada Agustus 2018.

"Gue pakai dress selutut, tangan Gofar tiba-tiba masuk ke baju gue. Satu tangan dari atas, satu lagi dari bawah. Gue shock," cuit pemilik akun, Rabu (8/6/2021).

Hal yang membuat gadis ini kecewa adalah beberapa orang di sekitarnya yang tidak membantu, tetapi justru menertawakannya.

Baca Juga: Perempuan Lain Ngaku Korban Gofar Hilman Mulai Bermunculan

"Memang jijik dengan kelakuan Gofar, tapi lebih jijik dengan kerumunan orang-orang yang saut-sautan 'dienakin kok gamau' dan 'yaaahhh' itu sambil ketawa-tawa," sambungnya.

Cuitan gadis yang diduga sebagai korban Gofar Hilman (Twitter)
Cuitan gadis yang diduga sebagai korban Gofar Hilman (Twitter)

Atas kejadian tersebut, akun dengan username Nyelaras ini mengaku sempat trauma dengan keramaian. Ia juga sempat takut untuk mengungkapkan pengalaman buruknya karena sejumlah alasan hingga akhirnya ia mendapat banyak dukungan.

Apabila pernyataan Nyelaras benar, artinya korban pelecehan seksual di Indonesia semakin bertambah.

Berdasarkan Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan 2020, kasus pelecehan seksual terhadap perempuan di ruang publik yang diadukan mencapai 181 kasus, dengan kasus terbanyak adalah kekerasan seksual yakni sebesar 962 kasus tercatat.

Dari pengalaman ini, mengapa korban pelecehan seksual, khususnya perempuan, perlu menunggu untuk 'berbicara' ke publik?

Baca Juga: Gofar Hilman Disebut Lakukan Pelecehan Seksual, Korban Ungkap Kronologi

"Hanya karena seorang korban tidak segera melapor tentang kekerasan seksual tidak berarti tuduhan itu tidak benar," tutur Yolanda Moses, konsultan/pelatih untuk mencegah pelecehan seksual dan kekerasan seksual di Riverside, Californa.

Menurut Moses, masyarakat cenderung menyalahkan korban atas apa yang terjadi pada mereka. Hal seperti itu menunjukkan bahwa masih ada sifat yang tidak seimbang dalam masyarakat dan perempuan masih direndahkan.

"Ada juga kepercayaan budaya yang sudah ketinggalan zaman bahwa, 'wanita baik tidak diperkosa'," sambungnya, dilansir Live Science.

Keyakinan seperti itu dapat membuat korban berpikir bahwa serangan seksual itu mungkin kesalahan mereka sendiri. Pertanyaan memojokkan yang diajukan kepada korban juga dapat mengalihkan kesalahan kepada korban daripada pelakunya.

"Selain itu, berbicara tentang kasus pelecehannya biasa sangat menyakitkan dan menyebabkan rasa malu pribadi," lanjutnya.

"Ketika korban berbicara, dia harus 'menghidupkan' kembali peristiwa itu berulang kali, dengan menceritakan kisah penyerangan kepada petugas polisi dan hakim, misalnya," tambah Moses.

Di sisi lain, sangat sulit bagi korban untuk menuduh seseorang yang memiliki kuasa di masyarakat.

Itulah sebabnya, karena berbagai alasan, korban mungkin merasa akan lebih mudah untuk mencoba 'melepaskan diri' dari serangan atau pelecehan yang dialaminya tanpa perlu speak up.

"Ada beban dari masyarakat pada orang-orang yang berbicara," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI