Suara.com - Studi menunjukkan bahwa remaja (13 -18 tahun) mengalami masalah kesehatan mental selama pandemi. Studi ini dilakukan oleh tim ilmuwan perilaku dan sosial Islandia dan Amerika Utara.
Melansir dari Healthshots, penelitian ini dilakukan terhadap lebih dari 59.000 remaja Islandia. Temuan telah diterbitkan dalam jurnal The Lancet Psychiatry.
Studi ini menemukan bahwa hasil kesehatan mental yang negatif dilaporkan secara tidak proporsional oleh anak perempuan dan remaja yang lebih tua (13-18 tahun) dibandingkan dengan teman sebaya mereka sebelum pandemi.
Pada saat yang sama, terungkap penurunan merokok, penggunaan rokok elektik dan keracunan alkohol di kalangan remaja berusia 15-18 tahun selama pandemi.
Baca Juga: Gagal ke Tanah Suci, DPP SAHI Minta Calon Jemaah Haji Ikhlas dan Sabar
"Penurunan yang diamati dalam penggunaan narkoba selama pandemi mungkin merupakan manfaat yang tidak diinginkan dari isolasi yang dialami begitu banyak remaja selama karantina," kata peneliti senior John Allegrante, seorang profesor berafiliasi dengan ilmu sosiomedis di Columbia University Mailman School of Public Health dan seorang ilmuwan perilaku terapan.
Thorhildur Halldorsdottir, seorang psikolog klinis dan asisten profesor psikologi di Universitas Reykjavik yang merupakan peneliti utama studi tersebut, mengatakan penelitian ini merupakan kontribusi penting.
Hal ini disebabkan karena studi ini melihat bagaimana pandemi menghancurkan secara psikologis.
"Penelitian ini berbeda dalam metodologi dari penelitian sebelumnya karena melacak populasi berbasis prevalensi hasil kesehatan mental dan penggunaan zat selama beberapa tahun untuk lebih memahami potensi efek Covid-19," kata Inga Dora Sigfusdottir, profesor sosiologi di Universitas Reykjavik.
Implikasi dari studi baru ini adalah bahwa intervensi yang dimaksudkan untuk mengurangi dampak negatif pandemi pada kesehatan mental remaja dapat membantu meningkatkan kesehatan mental.
Baca Juga: Ingin Kulit Sehat dan Glowing Meski di Rumah Saja, Coba Lakukan Lima Hal Ini