Suara.com - Salah satu gejala hipospadia adalah penis yang sulit ereksi. Penis bahkan bukan berbentuk lurus tapi cenderung bengkok saat buang air kecil atau mengelurkan air mani.
Hipospadia adalah salah satu jenis cacat lahir yang terjadi pada anak laki-laki, di mana uretra atau lubang keluarnya air seni, urin, maupun air mani tidak terletak di bagian kepala batang penis.
Gejala ini jugalah yang membuat penderita hipospadia, apabila tidak dikoreksi, bisa menyebabkan invertilitas atau kesulitan memiliki anak saat dewasa kelak.
"Iya (kesulitan memiliki anak) apabila tidak dioperasi, dan bergantung letak ujung penisnya," ujar Arry Rodjani, Dokter Spesialis Urologi Siloam Hospitals ASRI dalam diskusi virtual, Jumat (4/6/2021).
Baca Juga: Aprilia Manganang Alami Hipospadia, Ini Kata IDI
Hipospadia sendiri ada beberapa jenis, tergantung pada letak lubang uretra. Ada yang di bagian bawah penis dekat testis, terletak di bawah batang penis, dan terletak di kepala penis tapi tidak di tengah (biasanya di bagian bawah kepala penis).
Arry menjelaskan, apabila tidak diperbaiki dengan tindakan operasi, maka dipastikan penderitanya kesulitan memiliki keturunan. Ini karena selain tidak bisa ereksi, air mani yang membawa sperma tidak bisa masuk ke rahim. Atau walaupun masuk tapi tidak maksimal.
"Kalau saluran kencingnya terlalu di bawah, saat ejakulasi pasti tidak akan bisa sampai ke dalam rahim," tutur Arry.
"Kalau dia sudah dikoreksi maka itu tidak terjadi, makanya kenapa harus dikoreksi," sambungnya.
Arry menambahkan, operasi jadi solusi terbaik bagi penderita hipospadia karena akan memperbaiki posisi saluran penis ke tempat semestinya.
Baca Juga: Cara Rawat Anak dengan Hipospadia, CDC: Salah Satunya, Jangan Disunat
Adapun operasi hipospadia sudah bisa dilakukan sejak anak berusia 6 bulan. Sedangkan untuk orang dewasa, tidak ada batasan usia maksimal tindakan operasi hipospadia ini.