Tetapi Anubha, yang sebenarnya telah divaksinasi penuh, meninggal dunia dua minggu kemudian.
"Kami berada di garis depan 24 jam dalam seminggu. Kami terkena beban virus yang tinggi tetapi kami harus terus bekerja melawan segala rintangan karena kami telah memilih profesi ini. Kami tidak punya pilihan," kata Garg.
Pandemi Covid-19 dianggap telah mengekspos kelemahan sistem perawatan kesehatan India, terutama di rumah sakit pemerintah yang tidak lengkap.
![Lokasi kremasi di India. [Manjunath Kiran/AFP]](https://media.suara.com/pictures/original/2021/05/02/85909-lokasi-kremasi-di-india.jpg)
Ketika wabah virus corona melonjak, banyak laporan muncul bagaimana rumah sakit kekurangan staf medis sementara pasien terbaring di lantai karena bangsal perawatan penuh sesak.
Dikutip dari Channel News Asia, pemerintah India disebut hanya menggunakan kurang dari 2 persen dari PDB untuk biaya kesehatan, dan menjadi salah satu tarif terendah di dunia.
India juga hanya memiliki 0,8 dokter per 1.000 warganya pada tahun 2017, jumlahnya hampir sama dengan Irak, menurut Bank Dunia.
Dokter Shekhar Kumar, yang bekerja dengan sebuah rumah sakit swasta di negara bagian utara Uttar Pradesh mengatakan staf junior dan mahasiswa kedokteran tahun terakhir terkadang harus bekerja dengan shift 24 jam.
"Dibandingkan tahun lalu, kali ini pasien membutuhkan rawat inap lebih lama sehingga menambah beban staf," kata Kumar.
Ia menyampaikan bahwa para tenaga medis itu umumnya mulai merasa terpuruk ketika tahu rekan-rekannya jatuh sakit karena virus corona.
Baca Juga: Nakes di Bandar Lampung Meninggal Usai Melahirkan karena Covid-19, Begini Kondisi Bayi
Para dokter mengaku mereka trauma karena dipaksa untuk memilih pasien mana yang harus diselamatkan terlebih dahulu. Mereka harus bergulat dengan persediaan obat-obatan dan oksigen yang tidak mencukupi.