Suara.com - Hipertensi menjadi salah satu penyakit yang disebut pembunuh diam-diam (silent killer). Sebab tanpa gejala spesifik, hipertensi bisa merusak berbagai organ penting termasuk jantung.
Sayangnya, belakangan hipertensi menyerang orang yang lebih muda, yakni generasi milenial yang lahir pada 1981 hingga 1996. Setidaknya lebih dari 20 persen milenial mengalami hipertensi, baik diketahui maupun tidak.
"34 persen dari orang dewasa di Indonesia mengalami hipertensi, artinya orang di atas 18 tahun," ujar dokter Badai Bhatara Tiksnadi, SPJP (K), FIHA dalam OMRON Virtual Media Briefing bersama YJI dan PERKI pada Kamis (3/6/2021).
"Pada 2013, (angka hipertensi) di usia 25 tahun sampai 34 tahun itu 14,5 persennya kena hipertensi. (Usia) 35 sampai 40 tahun 24 persen hipertensi," imbuhnya.
Baca Juga: Gubsu Edy Ajak Milenial Promosikan Wisata Sumut
Menurut dokter Badai, angka hipertensi di usia muda meningkat signifikan.
"Kita lihat di tahun 2018 yang tadinya sekitar 14 persen (usia 25 tahun sampai 34 tahun) menjadi 20 persen yang tadinya 24 persen menjadi 31 persen," ujar dokter Badai.
Turut hadir dalam acara virtual, Esti Nurjadin, Kepala Yayasan Jantung Indonesia (YJI) juga menyatakan bahwa hipertensi meningkat di kalangan orang muda.
"Ada kenaikan prevelensi hipertensi di kalangan milenial, kita tahu dengan gaya hidup milenial sekarang itu rentan sekali terkena hipertensi," ujar Esti Nurjadin, Kepala Yayasan Jantung Indonesia.
"Hipertensi itu merupakan fakor risiko dari penyakit jantung," imbuhnya.
Baca Juga: Alasan Pil KB Tidak Disarankan Untuk Perempuan Hipertensi dan Sakit Jantung
Menurut Esti, penyebab hipertesi pada generasi milenial terkait dengan gaya hidup yang tidak sehat. Beberapa gaya hidup yang tidak sehat antara lain konsumsi alkohol, kurang gerak, asupan gula, dan garam tinggi hingga stres.