Beban Kerja Bertambah saat Pandemi, Berisiko Tingkatkan Hipertensi pada Milenial

Kamis, 03 Juni 2021 | 18:25 WIB
Beban Kerja Bertambah saat Pandemi, Berisiko Tingkatkan Hipertensi pada Milenial
Tekanan darah tinggi, hipertensi (Pixabay/McRonny)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jika sebelumnya hipertensi atau tekanan darah tinggi umumnya dialami mereka yang berusia di atas 50 tahun atau kategori lanjut usia (lansia), kian kemari usia penderita hipertensi semakin muda atau golongan milenial.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 prevalensi hipertensi sebesar 20 hingga 31 persen dialami milenial usia 25 hingga 40 tahun, .

"Peningkatan (hipertensi milenial) lebih tinggi dibanding yang (kelompok usia) lain," ujar Dokter Spesialis Jantung dan dan Pembuluh Darah, dr. Badai Bhatara Tiksnadi, Sp.JP(K), MM, FIHA dalam acara Omron, Kamis (3/6/2021).

Ilustrasi pemeriksaan tekanan darah, hipertensi jas putih. (Shutterstock)
Ilustrasi pemeriksaan tekanan darah, hipertensi jas putih. (Shutterstock)

Menurut Badai, pandemi Covid-19 meningkatkan risiko hipertensi pada milenial. Selain karena gaya hidup tidak aktif yang sudah dilakukan sebelum pandemi, setelah pandemi dengan bantuan teknologi semakin banyak saja orang yang tambah malas bergerak..

Baca Juga: Sentra Vaksinasi Covid-19 Traveloka di Tangsel, Lansia Jadi Kelompok Prioritas

"Akibat kemajuan teknologi saat ini, buka whatsApp aja bisa setengah jam atau satu jam menghabiskan waktu untuk menjawab di kehidupan kita," tutur Badai.

Gaya hidup selama pandemi pesan antar makanan, juga meningkatkan hipertensi. Apalagi kata Badai, jika makanan yang dikonsumsi cenderung fast food atau makanan cepat saji tinggi pengawet, garam, gula dan lemak.

"Kita maklum makanan kalau ada di depan muka sulit ditolak, saat makan tidak menyesali, maka hindarilah gorengan," terangnya.

Badai menambahkan, stres yang dialami milenial di masa pandemi juga memicu hipertensi. Hal ini terbukti dari penelitian yang menyebut 92 persen milenial mengalami gangguan kesehatan mental selama pandemi Covid-19.

Gangguan mental ini terjadi akibat tekanan pekerjaan yang besar dan persaingan semakin ketat karena jumlah populasi milenial lebih banyak dibanding kelompok usia lainnya.

Baca Juga: Kreatif di Masa Pandemi, ATV dan Lahan Parkir Jadi Modal Beternak Kambing Etawa

"Lebih banyak stres, karena beban pekerjaan bertambah, persaingan makin tinggi dan populasi semakin bertambah," pungkas Badai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI