Suara.com - Penyakit mukormikosis atau yang lebih dikenal publik infeksi jamur hitam menewaskan lebih dari 300 orang di Indonesia.
Siapa sangka, infeksi ini sebetulanya juga pernah dideteksi di Indonesia, bahkan sebelum terjadi pandemi Covid-19. Infeksi yang disebabkan jamur mucormycetes itu memang bisa ditemukan di negara manapun, terutama dengan lingkungan yang tidak bersih.
"Beberapa masa sebelum pandemi, kita sudah terima laporan kasus, terutama di RS Persahatan ada, RS Cipto. Kita ketemu kasus pada pasien THT," kata dokter spesialis paru dr. Anna Rozaliyani, Sp.P(K)., dalam webinar Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Kamis (3/6/2021).
Ketika itu jumlah kasus infeksi mukormikosis di Indonesia memang tak sebanyak yang terjadi di India saat ini. Menurut dr. Anna, jumlahnya dari seluruh daerah tidak sampai 50 kasus dalam setahun.
Baca Juga: Bukan Infeksi Jamur Hitam! Ini Istilah yang Benar Menurut Dokter
"Tetapi meskipun kelihatan jumlahnya sedikit, penyakit ini angka kematiannya sangat tinggi," imbuh dr. Anna.
Menurutnya, seseorang yang terkena sakit mukormikosis akan sulit sembuh terlebih jika pengobatannya terlambat. Sehingga potensi pasien meninggal sangat tinggi.
Di samping itu, jamir mucormycetes yang jadi penyebabnya juga memiliki karakteristik berkembang sangat cepat di dalam tubuh manusia.
"Kita PR lagi ketersediaan obat. Obat yang ditanggung Kemenkes jumlahnya sangat sedikit di Indonesia. Obat anti jamir itu tidak sampai 10, mungkin hanya 3 sampai 4 yang sudah beredar di masyarakat. Ada juga yang mengatakan kalau salah berikan obat berpotensi munculkan infeksi yang tidak cocok," ucapnya.
Sementara itu, selama pandemi Covid-19 terjadi belum ada laporan infeksi mukormikosis di masyarakat. Bukan berarti tidak ada sama sekali, dr. Anna khawatir justru infeksi tersebut tidak terdeteksi karena kemampuan laboratorium di setiap daerah Indonesia yang belum memadai untuk melakukan diagnosis mukormikosis.
Baca Juga: Sentra Vaksinasi Covid-19 Traveloka di Tangsel, Lansia Jadi Kelompok Prioritas
"Potensi (kasus bertambah) ada, hanya saja potensi laboratorium harus ditingkatkan. Itu memang yang banyak fasilitas di kita pemeriksaan klasik, jadi dengan pemeriksaan di bawah mikroskop atau morfologi. (Jamur mucormycetes) memang mirip dengan jamur lain. Ini yang kita harus hati-hati, kalau tidak yakin kita mungkin bisa konsultasi dengan laboratorium jamur yang lebih lengkap," pungkasnya.