"Jika seseorang yang biasanya tidur jam 1 pagi malah tidur tengah malam dan tidur dengan durasi yang sama, mereka dapat mengurangi risikonya sebesar 23 persen. Jika mereka tidur pada jam 11 malam, mereka mengalami penurunan risiko hingga 40 persen," jelasnya.
Beberapa bukti menunjukkan lebih banyak paparan cahaya di siang hari memicu hormon yang terkait dengan suasana hati. Meskipun ritme sirkadian yang berbeda atau siklus tidur-bangun bisa memicu depresi itu sendiri.
Namun, Iyas Daghlas, penulis utama studi mengatakan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini diperlukan untuk mengonfirmasi hubungan antara siklus tidur sebelumnya dan penurunan risiko depresi.
"Tapi, penelitian ini sudah cukup membuktikan bahwa ada hubungan antara waktu tidur dengan depresi," katanya.
Sayangnya, belum jelas bangun pagi berkelanjutan bisa menurunkan risiko depresi signifikan dengan menyesuaikan siklus tidurnya atau tidak. Tapi, peneliti mengatakan waktu tidur yang lebih awal bermanfaat untuk orang yang sering tidur di malam hari.
"Anda bisa menikmati segelas kopi di pagi hari dan pergi ke kantor dengan jalan kaki atau naik sepeda. Lalu, matikan semua barang elektronik ketika malam hari agar Anda tidur lebih awal," kata Céline Vetter.