Studi: Pasien Skizofrenia Berusia Muda Lebih Berisiko Lakukan Bunuh Diri

Kamis, 03 Juni 2021 | 09:06 WIB
Studi: Pasien Skizofrenia Berusia Muda Lebih Berisiko Lakukan Bunuh Diri
Ilustrasi bunuh diri. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ahli menyarankan upaya pencegahan bunuh diri pada penderita skizofrenia harus berfokus di kelompok dewasa muda.

Sebab, hasil penelitian dari Universitas Columbia dan Rutgers yang terbit di jurnal JAMA Psychiatry menemukan adanya peningkatan risiko bunuh diri pasien skizofrenia mayoritas pada kelompok usia 18-34 tahun.

Para peneliti mengambil data pada hampir 670.000 pasien skizofrenia dengan cakupan Medicare dari 2007-2016, dengan analisis data dilakukan pada 2020-2021. 

Menurut Mayo Clinic, skizofrenia adalah gangguan mental serius di mana orang menafsirkan realitas secara tidak normal.

Baca Juga: Sekamar sama Bos, Pria yang Terjun di Kalibata City Baru Seminggu Pindah dari Lantai 20

Masalah tersebut dapat mengakibatkan beberapa kombinasi halusinasi, delusi, dan pemikiran juga perilaku yang sangat tidak teratur dan mengganggu fungsi sehari-hari.

Dalam studi, para peneliti menemukan tingkat bunuh diri 4,5 kali lipat lebih besar pada penderita skizofrenia dibanding dengan populasi umum. Namun, tingkat bunuh diri turun seiring bertambahnya usia pasien. 

Pasien skizofrenia berusia 18-34 menghadapi risiko terbesar dengan tingkat bunuh diri 141,95 per 100.000 orang setiap tahun.

Sedangkan mereka yang berusia 65 tahun ke atas memiliki risiko terendah pada tingkat 24,01.

Orang dewasa muda dengan skizofrenia menghadapi risiko bunuh diri yang lebih tinggi ketika diperparah dengan gangguan penggunaan narkoba, melukai diri sendiri atau upaya bunuh diri, menurut penelitian.

Baca Juga: Geger Remaja Terjun dari Gedung Kings Bandung, Polisi Temukan Sandal di Lantai 12

"Ketika seseorang dengan skizofrenia ingin bunuh diri, menjadi sedikit peringatan. Seringkali, perilaku bunuh diri pada skizofrenia didorong oleh proses psikotik. Aspek ini dapat membuat sulit untuk diantisipasi dan dicegah," kata Mark Olfson, penulis utama dan profesor psikiatri Elizabeth K. Dollard di Columbia dikutip dari Fox News.

Menurut Universitas Columbia, masih ada yang belum diketahui di balik penurunan risiko bunuh diri dalam kaitannya dengan usia.

"Orang muda dengan skizofrenia lebih mungkin mengalami ide bunuh diri, upaya bunuh diri, gangguan penggunaan narkoba, rawat inap kesehatan mental, dan kunjungan gawat darurat. Karakteristik ini mungkin membantu menjelaskan mengapa orang dewasa yang lebih muda dengan skizofrenia memiliki risiko lebih besar untuk meninggal karena bunuh diri," imbuhnya.

Tingkat bunuh diri untuk pria skizofrenia yang lebih tua menurun, kira-kira setara dengan orang dewasa yang lebih tua dalam populasi umum, kata para peneliti. Namun, indikator sehat bagi pasien skizofrenia juga bias. 

"Skizofrenia berada di tengah-tengah diagnosis yang terkait dengan peningkatan bunuh diri, peringkat di bawah gangguan mood termasuk depresi berat dan gangguan bipolar," bunyi rilis tersebut, mengutip penulis utama. 

Para peneliti menyarankan untuk memfokuskan upaya pencegahan pada orang dewasa muda dengan skizofrenia, sementara juga meningkatkan perawatan dengan memperluas akses pada obat anti-psikotik, clozapine, dan gangguan penggunaan zat obat.

Catatan Redaksi: Hidup seringkali sangat sulit dan membuat stres, tetapi kematian tidak pernah menjadi jawabannya. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit dan berkecederungan bunuh diri, sila hubungi dokter kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah sakit terdekat.

Anda juga bisa menghubungi LSM Jangan Bunuh Diri melalui email [email protected] dan telepon di 021 9696 9293. Ada pula nomor hotline Halo Kemkes di 1500-567 yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi di bidang kesehatan 24 jam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI