Suara.com - Istilah Dislipidemia mungkin terdengar kurang familiar di banyak masyrakat. Tapi, gejala Dislipidemia sendiri sebenarnya sering sekali dirasakan oleh masyarakat.
Bila kamu sering mengalami keluhan berulang seperti pusing, pegal pada tengkuk ataupun rasa kesemutan pada ujung tangan dan kaki, bisa jadi itulah gejala yang diakibatkan oleh Dislipidemia.
Satu hal yang juga mesti diwaspadai, bahwa gejala serangan jantung seperti nyeri dada yang diikuti dengan sesak napas dan keringat dingin, salah satu penyebabnya adalah Dislipidemia.
Dalam keterangan tertulisanya, dokter Muhammad Ramadhan dari Siloam Hospitals Jantung Diagram menjelaskan, bahwa Dislipidemia terjadi ketika kandungan kadar lemak jahat (LDL) dalam darah yang terlalu tinggi atau kadar lemak baik (HDL) yang terlalu rendah.
Baca Juga: Waduh! Jantung dan Mata Rawan Rusak Jika Hipertensi Tak Terkontrol
Kadar lemak dalam darah merupakan kandungan lemak yang umumnya terdiri dari trigliserida, kolesterol, low-density lipoproteins (LDL) dan high-density lipoproteins (HDL).
Meskipun keadaan lemak yang baik dicapai dengan diet lemak yang cukup, beberapa orang memerlukan penanganan khusus dan obat-obatan untuk mengatasi keadaan tersebut.
Secara umum dislipidemia, menurut Ramadhan dibagi menjadi dua, yaitu dislipidemia primer dan sekunder. Dislipidemia primer disebabkan oleh faktor genetik yang diturunkan dari keluarga. sedangkan Dislipidemia sekunder disebabkan oleh gaya hidup dan kondisi medis yang mempengaruhi kadar lemak dalam darah, seperti:
- Obesitas, terutama obesitas sentral dengan penumpukan lemak di sekitar perut.
- Diabetes.
- Hipotiroidisme, kondisi dimana produksi hormon tiroid di bawah normal.
- Alkoholisme, penggunaan alkohol berlebihan.
- Sindrom metabolik, kumpulan gejala berkaitan dengan metabolisme tubuh.
- Konsumsi lemak berlebih, terutama lemak jenuh dan lemak trans.
- Sindrom cushing, kumpulan gejala akibat tingginya hormon kortikotropin dalam darah.
- Infeksi berat, seperti pada pengidap HIV.
- Aneurisma aorta abdominal, kelainan pada pembuluh darah aorta di perut.
"Sebagian besar dislipidemia tidak memunculkan gejala yang berarti. Dislipidemia biasanya diketahui ketika seseorang menjalani pemeriksaan rutin untuk darah dan kondisi lainnya. Dislipidemia yang berat menimbulkan komplikasi yang serius mengarah kepada penyakit jantung koroner dan stroke," tutur dr. Muhammad Ramadhan.
Menurut dokter Muhammad Ramadhan Dislipidemia bisa disebabkan karena gangguan metabolisme. Namun, yang kerap terjadi umumnya disebabkan karena konsumsi makanan tinggi lemak yang berlebih sehingga menimbulkan obesitas yang disertai dengan kurangnya aktivitas fisik.
Baca Juga: Cuaca Dingin Bisa Tingkatkan Risiko Serangan Jantung, 2 Orang Ini Berisiko!
Dokter Muhammad mengingatkan, mengacuhkan gejala Dislipidemia akan berdampak jangka panjang, yaitu penyumbatan pembuluh darah. Contoh bila kadar kolesterol tetap tinggi maka plak akan semakin bertambah sehingga pembuluh darah semakin sempit dan mudah tersumbat, bila sumbatan terjadi di pembuluh darah koroner maka akan menyebabkan serangan jantung dan bila terjadi di pembuluh darah otak maka akan menyebabkan stroke.
"Makanan yang harus dihindari dari produk hewani terutama jeroan, otak, kuning telur, daging merah yang berlemak. Sebaiknya konsumsi ikan segar sebagai antioksidan 2-3 kali perminggu. Kurangi karbohidrat murni seperti gula dan madu serta makan makanan manis (kecap, dendeng, abon, coklat). Tingkatkan konsumsi serat khususnya sayuran dan buah seperti labu, terong, oyong, melon, semangka, belimbing. Atur menu makanan dengan sedikit minyak dan sedikit santan serta sebaiknya sukai cara memasak dengan metode merebus, menumis, menanak ataupun mengkukus," ujarnya.
Penelitian menyatakan dengan menurunkan berat badan melalui latihan jasmani atau olahraga mampu menurunkan kolesterol jahat (LDL), Trigliserid, serta menaikkan kolesterol baik (HDL).
"Sebelum melakukan olahraga pastikan sudah melakukan pemanasan selama 5-10 menit. Sebaiknya melakukan olahraga jenis aerobik seperti jalan, joging/lari, bersepeda, berenang, ataupun senam selama 45-60 menit tiap sesi latihan. Setelah itu lakukan 5-10 menit pendinginan. Frekuensi latihan tersebut bisa dilakukan 2-3 kali perminggu," pungkas dr. Muhammad Ramadhan mengakhiri edukasinya.