Suara.com - Kabar positif Covid-19 dari politisi Gerindra Fadli Zon sempat menghebohkan publik. Lantaran, ia diketahui telah disuntik vaksin Covid sebanyak dua dosis sejak Maret lalu.
Mantan Wakil Ketua DPR itu juga mengungkapkan bahwa jumlah antibodi dalam tubuhnya terbilang cukup baik.
"Di hari-hari menjelang 50 tahun, akhirnya saya terpapar Covid-19. Maret lalu sudah 2 kali vaksin, dan tes titer antibodi 250 (cukup baik)," kata Fadli Zon mengumumkan dalam akun Twitternya pada Minggu (30/5) malam.
Secara klinis, jumlah antibodi dalam tubuh Fadli Zon memang tinggi, kata Ahli Patologi Klinis dr. Tonang Dwi Ardiyanto. Meski demikian, bukan jadi jaminan tidak akan terinfeksi Covid-19. Menurutnya, ada dua kemungkinan Fadli Zon tetap positof Covid-19 dengan jumlah antibodi tinggi.
Baca Juga: Kapolri Sigit ke Seluruh Kapolda: Waspadai Lonjakan Kasus Covid-19 di Malaysia
Pertama karena jumlah virus corona yang telah masuk relatif lebih banyak dari jumlah antibodi.
"Sampai jumlah antibodinya kalah. Kenapa kalah? Bisa karena kadar antibodinya turun, atau jumlah virus yang masuk sangat banyak, mengalahkan jumlah antibodinya. Akibatnya, tertembus juga pertahanan terhadap infeksi. Sebagian virus berhasil berikatan tanpa tercegah oleh antibodi," jelas dokter Tonang, dikutip dari artikelnya di akun Facebook pribasinya, Selasa (1/6/2021).
Kemungkinan kedua karena terjadi paparan oleh virus yang sudah bermutasi. Sehingga virus bisa menyembunyikan paruhnya (protein S) dari pengawasan sistem imun. Kemudian karena mutasi, maka protein S dapat berubah.
Dokter Tonang menjelaskan, seseorang akan positif Covid-19 jika terjadi ikatan antara virus dengan sel tubuh manusia. Virus mengikat dirinya dengan reseptor di permukaan sel manusia menggunakan protein S. Fungsi antibodi sebenarnya mencegah terjadinya ikatan tersebut.
Tetapi perubahan protein S yang disebabkan mutasi virus bisa membuat antibodi yang sudaj terbentuk menjadi tidak lagi spesifik.
Baca Juga: 42 Desa di Kudus Masuk Zona Merah Covid-19
"Tetap berusaha mencegah, tetap ada ikatan tapi tidak kuat. Akibatnya sebagian virus berhasil menembus barikade antibodi, terjadilah infeksi," imbuh dokter Tonang.
Sehingga, ia menegaskan bahwa pemberikan vaksin Covid-19 yang beredar saat ini tetap dipeelukan meski virus corona telah banyak melakukan mutasi. Menurutnya, sebagian besar virus covid di Indonesia masih tetap dalam bentuk aslinya, yang belum bermutasi.
"Terhadap yang masih asli seperti ini, antibodi efektif menghambatnya. Setelah terjadi mutasi, antibodi masih ada efektivitasnya. Hanya berkurang. Semakin kompleks mutasi, semakin menurun efektivitasnya," jelasnya.
Bagi masyarakat yang sudah disuntik vaksin Covid-19, mestinya bersyukur karena sudah bisa menangkal sebagian besar virus yang ada, imbuhnya. Ia membenarkan ada sedikit virus corona yang sudah bermutasi bahkan disebut lebih cepat menular.
Sehingga minimal antibodi dari vaksin visa mengurangi risiko kesakitan bahkan kematian seseorang yang terinfeksi. Ia menyampaikan bahwa masih lebih baik memiliki antibodi, daripada tidak sama sekali.
Tetapi mengandalkan antibodi saja belum cukup. Dokter Tonang mengingatkan u tuk tetap disiplin melakukan protokol kesehatan di mana pun berada.
"Terus sampai kapan harus pakai masker terus, cuci tangan terus? Nanti setelah kondisi pandemi terkendali, maka cuci tangan jalan terus. Karena cuci tangan itu baik sekali, sejak sebelum ada maupun sampai nanti covid sudah terkendali. Masker tetap harus dipakai bila kita merasa tubuh sedang terserang flu misalnya. Itu kebiasaan yang seharusnya sudah kita jalankan sejak sebelum ada covid," pungkasnya.