Meski Tingkatkan Lemak, Konsumsi Susu Turunkan Kolesterol dan Risiko Jantung

Sabtu, 29 Mei 2021 | 11:14 WIB
Meski Tingkatkan Lemak, Konsumsi Susu Turunkan Kolesterol dan Risiko Jantung
Ilustrasi susu segar. (Sumber: Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Susu adalah zat yang kompleks karena mengandung berbagai nutrisi. Selain mengandung protein esensial dan asam amino, susu juga mengandung lemak jenuh.

Sebuah studi yang baru dari University of Reading di Inggris mencoba untuk menyelesaikan kontradiksi tersebut. Studi ini didasarkan pada meta-analisis dari tiga studi populasi besar yang ada.

Penulis menyimpulkan bahwa orang yang mengonsumsi susu memiliki kadar kolesterol yang lebih rendah dan risiko penyakit jantung koroner yang lebih rendah dibandingkan orang yang tidak minum susu.

Meskipun demikian, orang yang minum susu memiliki indeks masa tubuh (BMI) lebih tinggi dan lebih banyak lemak tubuh yang bisa jadi faktor risiko masalah kardiovaskular.

Baca Juga: Kocak, Kakek Pakai Trik Ini Agar Cucunya Mau Nyusu Dari Botol

"Kami menemukan bahwa di antara peserta dengan variasi genetik yang kami kaitkan dengan asupan susu yang lebih tinggi, mereka memiliki BMI [dan] lemak tubuh yang lebih tinggi, tetapi yang terpenting memiliki kadar kolesterol baik dan jahat yang lebih rendah," ujar Penulis utama studi Vimal Karani, seorang profesor nutrigenetik dan nutrigenomik di University of Reading.

Ilustrasi susu (Pixabay/Couleur)
Ilustrasi susu (Pixabay/Couleur)

"Kami juga menemukan bahwa mereka yang memiliki variasi genetik memiliki risiko penyakit jantung koroner yang lebih rendah secara signifikan. Semua ini menunjukkan bahwa mengurangi asupan susu mungkin tidak diperlukan untuk mencegah penyakit kardiovaskular," imbuhnya. 

Studi tersebut merupakan kolaborasi yang melibatkan peneliti dari University of Reading, University of South Australia di Adelaide, Southern Australian Health and Medical Research Institute, University College London di Inggris, dan University of Auckland di Selandia Baru. Hasil penelitian telah diterbitkan pada International Journal of Obesity.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI