Mengenal Methorexate, Obat Autoimun yang Berefek Rambut Rontok Seperti Ashanty

Kamis, 27 Mei 2021 | 16:00 WIB
Mengenal Methorexate, Obat Autoimun yang Berefek Rambut Rontok Seperti Ashanty
Potret keluarga Ashanty dan Anang di Dubai. (Instagram/ashanty_ash)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa waktu lalu Ashanty mengeluhkan rambutnya yang mulai rontok parah akibat mengonsumsi obat mengendalikan penyakit autoimun yang dideritanya.

Pengalaman ini disampaikan Ashanty dalam Channel YouTube The Hermansyah A6 saat berlibur ke Dubai, dalam video berjudul 'Makan di Resto Lantai 123, Rambut Ashanty Tiba-tiba Rontok'.

"Guys ini, pengaruh dari obat autoimun yang aku konsumsi selama 3 bulan," ujar Ashanty sambil menunjukkan gumpalan besar rambut di channel Youtube The Hermansyah A6, dikutip Suara.com.

Menanggapi hal ini, Ketua Pengurus Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia, Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD, K-AI membenarkan ada obat autoimun yang menimbulkan efek samping hibngga menyebabkan rambut rontok.

Baca Juga: Ashanty Ungkap Perubahan Tubuh Setelah 3 Bulan Berobat: Kayak Kena Kanker

Potret keluarga Ashanty dan Anang di Dubai. (Instagram/ashanty_ash)
Potret keluarga Ashanty dan Anang di Dubai. (Instagram/ashanty_ash)

Obat itu adalah Methotrexate atau metotreksat (MTX) yang biasa dikonsumsi pengidap autoimun seperti Ashanty, untuk meredakan gejala yang timbul, seperti gatal-gatal hingga bercak merah.

Mengutip Alodokter, metotreksat terkenal sebagai obat obat kanker, yang juga bisa mengobati rheumatoid arthritis (radang sendi) dan psoriasis yang parah dan tidak dapat ditangani dengan obat-obatan lain.

Psoriasis adalah salah satu jenis autoimun yang membuat penyandangnya merasakan rasa gatal teramat sangat, kulit kemerahan hingga kulit bersisik. Terjadi akibat adanya pertumbuhan sel tidak normal di kulit, akibat kekebalan tubuh yang menyerang sel kulit yang sehat.

Nah, metotreksat ini mampu menekan pertumbuhan sel tidak normal di dalam tubuh, terutama sel kanker, sel kulit, dan sel sumsum tulang.

Metotreksat termasuk ke dalam jenis obat yang penggunaannya harus dipantau secara ketat oleh dokter, karena dapat menimbulkan efek samping serius dan membahayakan nyawa.

Baca Juga: Dialami Ashanty, Ini Beda Rambut Rontok karena Autoimun Versus Akibat Konsumsi Obat

Ilustrasi obat-obatan (pixabay)
Ilustrasi obat-obatan (pixabay)

Beberapa efek samping metrotreksat yang wajib diwaspadai:

  • Demam
  • Sakit kepala
  • Mual
  • Hilang nafsu makan
  • Sakit maag
  • Mata merah
  • Gusi bengkak
  • Rambut rontok

Segera hubungi dokter jika gejala yang dialami memburuk atau muncul gejala serius sebagai berikut:

  • Buang air besar berdarah.
  • Muncul benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening.
  • Muncul tanda anemia, seperti kulit pucat dan lemas.
  • Gangguan fungsi ginjal, seperti sulit buang air kecil dan pembengkakan di kaki atau pergelangan kaki.
  • Gangguan organ hati, seperti penyakit kuning.
  • Gangguan saraf, seperti bicara kacau, gangguan keseimbangan dan penglihatan, leher kaku.
  • Gejala alergi, seperti muncul ruam, pembengkakan di wajah, mulut, atau tenggorokan, serta sesak napas.

Akibat efek samping inilah, metrotreksat masuk kategori sebagai obat keras, dan penggunaanya harus diawasi secara ketat. Berikut tata cara penggunaan metroreksat dengan benar:

Metotreksat tablet sebaiknya dikonsumsi sebelum makan. Gunakan air putih untuk menelan tablet secara utuh. Hindari mengonsumsi obat dengan susu. Jika muncul nyeri lambung, maka methotrexate tablet dapat dikonsumsi setelah makan.

Konsumsi metotreksat tablet sesuai dosis yang telah dianjurkan oleh dokter. Hindari menambah atau mengurangi dosis tanpa sepengetahuan dokter.

Simpanlah metotreksat tablet pada suhu ruangan dan di dalam wadah tertutup untuk menghindari paparan sinar matahari, serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Metotreksat dalam bentuk cairan suntik harus diberikan oleh dokter atau oleh petugas medis atas petunjuk dokter. Selama pengobatan dengan metotreksat, dokter onkologi akan memantau kondisi pasien secara ketat.

Metotreksat dapat mengganggu fungsi organ dan menurunkan jumlah sel darah. Oleh karena itu, dokter akan melakukan pemeriksaan darah secara rutin selama pengobatan dilakukan.

Sedangkan untuk dosis metrotreksat cenderung berbeda-beda, tergantung kondisi pasien. Perlu diketahui juga, obat ini terbagi dalam bentuk tablet dan suntik. Berikut pembagian dosis metroreksat berdasarkan bentuknya:

Dosis metotreksat tablet:

  • Untuk mengatasi kanker ari-ari (choriocarcinoma).
  • Dewasa: 15-30 mg per hari selama 5 hari. Dosis kembali diberikan dengan jeda waktu 1 minggu. Pengulangan dosis dapat dilakukan 3-5 kali.
  • Untuk mengatasi leukemia limfoblastik akut, Dewasa: 15 mg/m2 LPT, 1-2 kali seminggu dan dikombinasikan dengan jenis obat lainnya.
  • Untuk mengatasi limfoma Burkitt. Dewasa: 10-25 mg per hari selama 4-8 hari. Pengulangan dosis dilakukan setelah 7-10 hari.
  • Untuk mengatasi psoriasis, Dewasa: 10-25 mg per minggu sebagai dosis tunggal. Penyesuaian dosis dilakukan berdasarkan respons tubuh.
  • Untuk mengatasi rheumatoid arthritis, Dewasa: 7,5 mg, 1 kali seminggu. Penyesuaian dosis dilakukan berdasarkan respons tubuh. Dosis tidak boleh melebihi 20 mg per minggu.
  • Untuk mengatasi penyakit Crohn, Dewasa: 12,5-22,5 mg, 1 kali seminggu. Pengobatan dilakukan hingga 1 tahun.

Dosis Metotreksat suntik:

  • Untuk mengatasi leukemia limfoblastik akut, Dewasa: 2,5 mg/kgBB tiap 14 hari.
  • Untuk mengatasi limfosarkoma, Dewasa: Dosis hingga 30 mg/kgBB, diikuti dengan pemberian leucovorin.
  • Untuk mengatasi kanker payudara, Dewasa: 10-60 mg/m2 LPT, dikombinasikan dengan obat lain.
  • Untuk mengatasi osteosarcoma, Dewasa: Dosis awal yang direkomendasikan 12 g/m2 LPT, diberikan melalui infus selama 4 jam. Dosis dapat ditingkatkan hingga 15 g/m2.
  • Untuk mengatasi kanker ari-ari, Dewasa: 15-30 mg per hari selama 5 hari. Dosis kembali diberikan dengan jeda waktu 1 minggu dan diulangi sebanyak 3-5 kali. Dosis maksimal: 60 mg/hari.
  • Untuk mengatasi penyakit Crohn, Dewasa: 25 mg, 1 kali seminggu, selama 16 minggu. Dosis pemeliharaan: 15 mg per minggu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI