Suara.com - Kemudahan teknologi membuat banyak hal bisa didapatkan hanya dalam genggaman. Tidak jarang situasi itu membuat banyak orang mager atau malas gerak.
Dalam istilah medis, mager juga biasa dikenal dengan sedentary lifestyle. Meski terkesaan remah, mager ternyata juga bisa berakahir jadi penyakit berbahaya dan mematikan.
Dalam keterangannya, dokter Spesialis Gizi Klinik Siloam Hospitals TB Simatupang dari Jakarta Selatan, dr. Christopher Andrian, M. Gizi, Sp.GK., mengatakan bahwa gaya hidup Sedentari pada dasarnya adalah kebiasaan malas bergerak atau menetap pada suatu posisi dalam waktu lama serta minim beraktivitas secara fisik/tubuh.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, gaya hidup ini menjadi penyebab utama kematian, penyakit dan kecacatan di dunia.

Lawan rasa 'mager' dengan membiasakan diri melakukan aktivitas fisik minimal 30 - 60 menit setiap hari.
"Malas bergerak dalam jangka waktu panjang dapat meningkatkan resiko Penyakit Tidak Menular atau PTM. Misalnya akan menimbulkan penyakit Obesitas, Kolesterol tinggi, Diabetes dan penyakit jantung bahkan Stroke," tutur dr. Christopher Andrian, M. Gizi, Sp.GK.
Seperti diketahui, angka kematian lebih tinggi untuk orang yang kurang melakukan aktivitas fisik seperti misalnya, kelamaan duduk akibat sering menonton TV atau bagi yang menjalankan WFH dengan bekerja di depan komputer.
"Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan dengan asupan yang dikonsumsi dan kalori yang kita keluarkan.
Yang terjadi adalah lebih seringnya asupan yang masuk tanpa diimbangi dengan olahraga, maka akan berdampak timbulnya berbagai penyakit", tutur dokter Chris memaparkan edukasinya.
Guna meniadakan ketidakseimbangan asupan yang dikonsumsi dengan kadar kalori minim yang dikeluarkan, maka pola makan dan aktivitas fisik dengan rutin berolahraga merupakan solusi yang patut dijalankan.
Baca Juga: Sekolah Daring Disoal Dede Yusuf: Sekarang Ada Generasi Rebahan Mas Menteri
Misalnya dalam beraktivitas sehari-hari seperti mengerjakan pekerjaan rumah tidak bisa disamakan dengan berolahraga.