Suara.com - Setelah mengganti obat autoimun sejak 3 bulan lalu, Penyanyi Ashanty mengaku rambutnya kerap mengalami kerontokan parah. Hal ini terjadi bukan sekali dua kali, namun hingga setiap hari ia rasakan.
Menanggapi hal ini, Ketua Pengurus Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia, Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD, K-AI membenarkan jika ada obat autoimun yang menimbulkan efek samping rambut rontok.
Obat itu adalah metotreksat (MTX) yang biasa dikonsumsi pengidap autoimun seperti Ashanty, untuk meredakan gejala yang timbul, seperti gatal-gatal hingga bercak merah.
Untuk mengurangi rambut rontok efek dari pengobatan, Prof. Iris menyarankan untuk lebih dulu mendapatkan diagnosis pasti dari dokter, guna menganalisis sebab kerontokan tersebut.
Baca Juga: Ashanty dan Keluarga Dinyinyiri, ART: Beliau Memaafkan, Kalian Nggak Malu
Setelah dipastikan akibat pengobatan, Profesor Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter kulit, dan biasanya dokter penanggung jawab autoimunnya akan memberikan rujukan.
"Biasanya kita kirim ke dokter kulit, supaya tetap ada pertumbuhan rambut," ungkap Prof. Iris saat dihubungi suara.com, Selasa (25/5/2021).
Berdasarkan pengalaman, para pasiennya oleh dokter kulit akan disarankan merawat rambutnya dengan memberikan minyak khusus yang bisa menutrisi kulit kepala, dan mencegah kerontokan lebih parah.
"Untuk memelihara rambut dikasih minyak, dipelihara rambutnya. Biasanya dokter kulit memberikan minyak khusus, sehingga rambut bisa tumbuh kembali. Kalau rambut rontok aja didiamkan kasihan orangnya," ungkap Prof. Iris.
Di sisi lain, ia membenarkan apabila menghentikan obat autoimun seperti MTX akan mengurangi kerontokan rambut parah, bahkan menghentikan kerontokan tidak wajar. Namun ini juga akan berdampak pada gejala autoimunnya, yang dikhawatirkan tidak terkontrol.
Baca Juga: Rontok Parah Efek Obat, Ashanty Simpan Gulungan Rambut di Tas
"Jika pengobatan, kalau rontoknya masih batas wajar, kalau obatnya dihentikan obatnya juga berhenti. Kita biasanya akan kasih obat sesuai kebutuhan saja tidak berlebihan," pungkas Prof. Iris.