Suara.com - Infeksi jamur hitam turut jadi perbincangan publik, terutama di India, di tengah pandemi Covid-19 masih terjadi.
Sejumlah pasien Covid-19 di India dilaporkan mengalami infeksi jamur hitam juga dan memperburuk kondisi kesehatannya.
Tidak seperti kebanyakan jenis jamur yang mudah terlihat, jamur hitam bentuknya sangat halus sehingga hanya bisa dilihat melalui mikroskop. Ketua Mitigasi Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) prof. Zubairi Djurban mengatakan bahwa infeksi jamur hitam sebenarnya langka dan tidak berbahaya.
Akan tetapi menjadi berbahaya jika kekebalan tubuh seseorang sedang turun. Oleh sebab itu, jamur tersebut mudah menginfeksi siapa pun yang daya tahan tubuhnya sedang lemah, salah satunya pasien Covid-19.
Baca Juga: Penting! 5 Fakta Terkini Seputar Infeksi Jamur Hitam yang Menyerang India
"Biasanya penyakit ini enggak melahirkan ancaman serius bagi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang baik. Tapi kondisinya bisa beda dengan orang berdaya tahan tubuh lemah," jelas prof. Zubairi dikutip dari tulisannya di media sosial Twitter, Rabu (26/5/2021).
Ia mencontohkan, kelompok yang rentan terinfeksi jamur hitam seperti pasien lupus yang minum Methylprednisolone dosis tinggi dalam jangka waktu lama. Termasuk juga pasien diabetes dan kanker. Serta penerima transplantasi organ atau sel induk dan penggunaan steroid jangka panjang
"Artinya, orang dengan lupus, HIV/AIDS, diabetes dan kanker, mudah terinfeksi jamur. Karena jamur menyerang orang yang kekebalan tubuhnya rendah. Di tempat praktik, saya sering menemukan jamur Candida pada orang dengan lupus. Demikian pula pasien kanker," jelasnya.
Karakter jamur hitam tersebut awalnya dianggap teman oleh sistem imun tubuh. Akan tetapi karena menginfeksi secara oportunis, maka saat tubuh sedang lemah jamur tersebut akan menyerang dan bisa merusak organ tubuh.
"Istilahnya, Anda punya duit kita teman, Anda miskin gue injak. Kira-kira begitu," kata prof Zubairi.
Baca Juga: Infeksi Jamur Kuning Lebih Bahaya, Apa Bedanya dengan Jamur Hitam dan Putih?
Meski berbahaya, di Indonesia saat ini telah tersedia obat untuk infeksi jamur hitam. Yakni, Amphotericin B. Obat tersebut pernah digunakan ketika awal ditemukannya infeksi HIV-AIDS dan belum ada obat Antiretroviral.
"Jamur itu jadi sosok yang menakutkan. Saat itu pasien HIV-AIDS banyak memakai obat Ketoconazole, Itraconazole, termasuk Amphotericin B," pungkas Prof. Zubairi.