Suara.com - Vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca kerap dikaitkan dengan kasus pembekuan darah. Kini, vaksin pabrikan Inggris tersebut kembali dikaitkan dengan masalah kesehatan lain yaitu stroke iskemik.
Mengutip Dailymail, Rabu (26/5/2021), dokter di Inggris diberitahu untuk mencari tanda dan gejala stroke pada masyarakat yang telah menerima suntikan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca.
Langkah ini diambil setelah kasus tiga orang di rawat di rumah sakit dan satu di antaranya meninggal dunia setelah menerima suntikan vaksin AstraZeneca.
Dua orang itu adalah perempuan berusia 30-an, dan lelaki berusia 40-an yang mengalami gumpalan darah di arteri yang menyebabkan stroke, setelah mendapatkan suntikan vaksin buatan Oxford University itu.
Baca Juga: Kebut Vaksinasi Covid-19, Dinkes Tangerang Sambangi Rumah Lansia
Sebelumnya, kasus pembekuan darah akibat vaksin AstraZeneca terjadi akibat trombosit vena serebral, yakni pembuluh darah yang ada di otak. Ini pertama kalinya vaksin AstraZeneca dikaitkan dengan kejadian stroke iskemik.
Stoke iskemik adalah stroke yang terjadi saat gumpalan darah menyumbat arteri atau pembuluh darah dari jantung ke otak, yang menyebabkan suplai darah yang membawa oksigen ke otak tidak mencukupi. Jenis stroke ini jadi yang paling umum dan kejadiannya sangat tinggi di masyarakat.
Menurut Spesialis Neurologi dan Bedah Saraf University Collage London (UCL), mengatakan insiden stroke terjadi karena vaksinasi sangat jarang terjadi dan jauh lebih besar risikonya pada orang yang terinfeksi Covid-19.
Meski begitu, pihak berwenang meminta dokter untuk lebih waspada terhadap gejala stroke pada siapa pun setelah mendapat suntikan vaksin, selama periode 4 hingga 28 hari setelahnya.
Adapun kronologinya pasien pertama dari tiga pasien yang mengalami stroke iskemik, adalah seorang perempuan berusia 35 tahun yang kemudian meninggal dunia. Ia mengalami sakit kepala dan mata di bagian kanananya usai 6 hari disuntik vaksin.
Baca Juga: Punya Efikasi Rendah, Vaksin Covid-19 dari China Perlu Dosis Ketiga
Selanjutnya 5 hari kemudian, perempuan itu bangun tidur dalam keadaan sangat mengantuk, wajah lengan dan kakinya lemah hingga tidak bisa digerakan.
Akhirnya ia menjalani operasi otak untuk mengurangi tekanan darah di otaknya, namun tetap saja nyawanya tidak terselamatkan.
Sedangkan pasien kedua, seorang perempuan berkulit putih usia 37 tahun, mengalami sakit kepala, linglung, lengan kiri dan mata sebelah kirinya tidak bisa digunakan setelah 12 hari divaksinasi. Setelah menjalani beberapa perawatan medis ia berhasil selamat.
Berikutnya lelaki Asia berusia 43 tahun dirawat di rumah sakit setelah 3 minggu divaksinasi, ia mengalami kesulitan berbicara dan sulit memahami bahasa komunikasi. Lelaki tersebut lantas menerima tranfusi trombosit dan plasma darah dibarengi pengobatan lainnya, kini ia dalam keadaan stabil.