Meresahkan, Peneliti Ungkap Penyebaran Flu Burung Mematikan di 46 Negara

Senin, 24 Mei 2021 | 19:32 WIB
Meresahkan, Peneliti Ungkap Penyebaran Flu Burung Mematikan di 46 Negara
Ilustrasi terinfeksi virus flu burung (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di tengah pandemi virus corona, tahun 2020 juga menjadi saksi 'ledakan' patogen, atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan penyakit, lainnya yang menimbulkan ancaman bagi kesehatan masyarakat tingkat global.

Selama 2020, serangkaian wabah H5N8, subtipe virus flu burung yang sangat patogen (HPAIV), muncul di puluhan negara dan hingga kini masih menyebar di antara hewan unggas. Virus ini menyebabkan kematian telah jutaan burung di seluruh dunia.

"Wilayah geografis yang terkena dampak terus berkembang, dan setidaknya 46 negara telah melaporkan wabah AIV H5N8 yang sangat patogen," kata peneliti virus, Weifeng Shi dan George F. Gao, dalam artikel perspektif baru di Science, dikutip dari Science Alert.

Mereka juga memperingatkan bahaya H5N8 apabila tidak dihentikan penyebarannya sejak dini. Sebab, virus ini kini sudah menginfeksi manusia.

Baca Juga: Masih Pendemi COVID-19, Dewan Masjid Umumkan Sholat Tarawih 2 Shift

Contoh kasusnya, wabah flu burung di Rusia pada Desember tahun lalu menyebar di antara pekerja unggas. Menurut laporan, sebanyak tujuh orang di sebuah peternakan Rusia selatan menunjukkan tanda infeksi.

Ilustrasi flu burung. (Shutterstocks)
Ilustrasi flu burung. (Shutterstocks)

Kasus tersebut juga menandai pertama kalinya H5N8 menginfeksi manusia.

Sementara itu, subtipe virus flu burung lainnya yakni H5N1 sudah lebih dulu menulari manusia dan ada beberapa kasus tersebar secara global.

"Hingga saat ini, ada total 862 kasus infeksi H5N1 pada manusia yang dikonfirmasi di laboratorium dan dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Manusia (WHO), termasuk 455 kasus kematian," kata Shi dan Gao, ilmuwan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.

"Kasus ini berasal dari 17 negara, 76 persen dari Mesir dan Indonesia," lanjutnya.

Baca Juga: Doa Cepat Dapat Kerja di Masa Sulit saat Pendemi COVID-19

Tetapi risiko zoonosis hanyalah sebagian dari masalah dengan H5N8 dan sejenisnya. Di sebagian besar wabah baru-baru ini, clade H5N8 ('turunan' virus H5N8) yang disebut 2.3.4 telah menjadi patogen dominan di seluruh dunia, pertama kali terlihat di pasar tradisional Tiongkok pada 2010.

Shi dan Gao mencatat pandemi Covid-19 berikutnya dan tindakan pencegahan serta pengendalian populasi dunia yang diberlakukan sebagai tanggapan, menunjukkan ada penurunan tajam dalam penyebaran virus influenza A dan B musiman pada manusia tahun lalu.

Meski demikian, dalam jangka waktu yang sama sejumlah subtipe H5Ny yang sangat patogen, termasuk subtipe H5N1, H5N2, H5N5, dan H5N8, sudah tersebar di China, Afrika Selatan, Eropa, Eurasia, dan tempat lain.

Pada waktu yang sama juga, virus clade 2.3.4 menunjukkan adaptasi pengikatan sel tertentu yang dapat menimbulkan risiko lebih besar untuk penularan ke manusia, termasuk kemungkinan penyebaran dari manusia ke manusia.

Intinya, para peneliti mengatakan kita perlu meningkatkan pengawasan terhadap HPAIV di pertenakan unggas sekarang, sebelum patogen menyebar ke tempat lainnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI