Termasuk Penyakit Pencernaan, Apa Bedanya GERD dan IBD?

Minggu, 23 Mei 2021 | 09:00 WIB
Termasuk Penyakit Pencernaan, Apa Bedanya GERD dan IBD?
Ilustrasi IBD atau GERD. (pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak orang selalu menyangka jika sakit perut selalu berhubungan dengan lambung, seperti penyakit GERD atau gastroesophageal reflux disease.

Tapi ada juga penyakit yang disebut Inflammatory Bowel Disease (IBD), sejenis penyakit inflamadi kronis saluran cerna. Lalu apa bedanya GERD dan IBD?

Prof. dr. Marcellus Simadibrata, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Gastroenterologi Hepatologi, RSCM-FKUI, mengatakan perbedaan kedua penyakit itu terletak pada asal sumber penyakitnya.

GERD adalah penyakit yang berasal dari pencernaan atas, akibat adanya asam lambung yang kembali naik ke atas dan bisa menyebar ke berbagai organ, seperti tenggorokan, paru-paru hingga polip atau hidung.

Baca Juga: Waspada Jika Sering Alami GERD, 3 Jenis Kanker Ini Bisa Menghantui

"Sedangkan IBD, merupakan penyakit dari saluran cerna bawah, tapi bisa juga masuk penyakit kronis, seluruh pencernaan atas dan bawah," papar Prof. Marcellus dalam diskusi virtual, Sabtu (22/5/2021).

Dari sisi gejala, penderita GERD kerap mengalami sesak napas, nyeri ulu hati, kembung, nyeri badan, dan batuk-batuk.

Sementara IBD, karena penyakit yang memicu terjadinya peradangan, maka ditandai jika adanya keluar darah dari tubuh seperti diare, nyeri perut atau keluarnya darah menstruasi.

Hal yang patut diwaspadai, IBD bisa menyebabkan masalah psikologis dan interpersonal pada pasien atau gangguan kesehatan mental.

Masalah mental seperti hilangnya kontrol usus, kelelahan, penurunan citra tubuh, ketakutan akan tidak kemampuan seksual, isolasi sosial dari ketergantungan, kekhawatiran dan merasa kotor.

Baca Juga: Bisa Menyebabkan Obesitas, Apa Alasan Keinginan Ngemil Saat Larut Malam?

Khusus untuk gejala hilangnya kontrol usus pada IBD, bisa menyebabkan hilangnya rasa berharga atau menyebabkan stigmatisasi negatif pada pasien.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI