Benarkah Autoantibodi Tingkatkan Keparahan Infeksi Virus Corona Covid-19?

Kamis, 20 Mei 2021 | 16:24 WIB
Benarkah Autoantibodi Tingkatkan Keparahan Infeksi Virus Corona Covid-19?
Ilustrasi virus corona Covid-19 (Pixabay/mohamed_hassan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Temuan baru dari Universitas Yale menunjukkan bahwa autoantibodi atau protein yang melawan jaringan dan organ seseorang bisa berkolerasi dengan tingkat keparahan infeksi virus corona Covid-19 dan lamanya gejala bertahan.

Dalam beberapa kasus virus corona Covid-19, autoantibodi ini bisa melawan jaringan yang sehat di hati, sistem pencernaan, saluran darah, dan trombosit.

Sebuah Penelitian dalam jurnal Nature, mengambil sampel darah dari 194 pasien virus corona di Rumah Sakit Yale-New Haven mulai dari tingkat keparahan penyakit dan kelompok kontrok yang tidak terinfeksi.

Profesor dan mahasiswa yang bekerja dengan tim Yale IMPACK, bekerjasama menganalisis sampel untuk autoantibodi. Mereka menggunakan teknologi yang disebut Rapid Extracellular Antigen Profiling (REAP) untuk melihat interaksi antara antibodi dan hampir 3.000 protein manusia.

Baca Juga: Virus Corona Covid-19 Bisa Picu Serangan Jantung, Waspadai 5 Tandanya!

"Itu bagaikan pedang bermata dua. Karena, antibodi sangat penting untuk menangkis infeksi. Tetapi, beberapa pasien virus corona Covid-19 juga mengembangkan antibodi yang merusak sel dan jaringannya sendiri," jelas Aaron Ring, asisten profesor imunobiologi di Yale dikutip dari Fox News.

Ilustrasi Virus Corona (Unsplash/CDC)
Ilustrasi Virus Corona (Unsplash/CDC)

Dalam kebanyakan kasus, infeksi virus corona Covid-19 bisa memicu pembentukan autoantibodi. Tetapi, beberapa pasien mungkin memiliki autoantibodi yang sudah ada sebelumnya, yang meningkatkan kerentanan mereka terhadap infeksi virus corona Covid-19 melalui penelitian pada tikus.

"Analisis kami mengungkapkan lanskap autoantibodi yang luas pada pasien virus corona Covid-19 dan mengidentifikasi autoantibodi berbeda yang memberikan hasil imunologis dan klinis yang mencolok," kata peulis penelitian.

Hasil ini mengimplikasikan jalur imunologi yang sebelumnya kurang dihargai dalam etiologi Covid-19 dan menyarankan paradigma terapeutik baru yang berpusat di sekitar modulasi jalur ini, serta melemahkan autoantibodi itu sendiri.

Akhirnya, temuan ini memberikan alasan kuat untuk penyelidikan yang lebih luas tentang autoantibodi pada infeksius, patogenis penyakit. Penulis penelitian juga mengatakan autoantibodi mungkin juga berkaitan dengan terjadinya Covid-19 panjang atau pasien virus corona yang pulih dari infeksi awal tetapi terus mengalami efek yang bertahan beberapa bulan.

Baca Juga: Temuan Baru: Varian Virus Corona India Bisa Lebih Mengancam Anak-Anak

Akiko Iwasaki, salah satu penulis studi dan profesor imunobiologi Waldemar Von Zedtwitz di Universitas Yale, mengatakan temuan tersebut menyoroti perlunya vaksinasi untuk mengurangi risiko efek kesehatan jangka panjang.

"Bahkan infeksi virus corona Covid-19 ringan bisa dikaitkan dengan produksi autoantibodi yang menggarisbawahi potensi konsekuensi kesehatan jangka panjang dari virus corona," kata Akiko Iwasaki.

Sebelumnya, peneliti lain telah mengeksplorasi peran autoantibodi dalam tingkat keparahan virus corona Covid-19 dan Covid-19 panjang. Misalnya, sekelompok peneliti dari Universitas Boston yang menerbitkan temuan awal di server pra-cetak medRxiv pada Januari.

Studi kecil tersebut mencakup sembilan sampel dari pasien virus corona bergejala ringan dan tanpa gejala, di mana autoantibodi terdeteksi hingga tujuh bulan setelah infeksi.

"Kami tidak tahu apa itu bisa menahan gejala alias menyebabkan Covid-19 panjang atau tidak," kata Dr. Nahid Bhadelia, penulis utama studi dan direktur unit patogen khusus di Boston Medical Center.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI