Suara.com - Jumlah penderita hipertensi terus meningkat akibat tingginya populasi kelompok lanjut usia di seluruh dunia.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dirilis tahun 2019, hipertensi menyerang kurang lebih 1,13 miliar masyarakat dunia dan menjadi penyebab utama kematian dini pada pasien.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita hipertensi tertinggi secara global yang sebagian besar juga memiliki riwayat penyakit lainnya yang disebabkan oleh hipertensi seperti diabetes dan stroke.
Diperkirakan, sekitar 36,7 persen kematian di Indonesia pada tahun 2017 diakibatkan oleh penyakit kardiovaskular.
Baca Juga: Hipertensi Berpotensi Merusak Banyak Organ Tubuh Manusia
Hal ini diperparah dengan meningkatnya jumlah penderita dislipidemia secara bersamaan. Kedua penyakit ini dapatmeningkatkan risiko pemicu penyakit kardiovaskular seperti stroke dan infark miokard.
Menurut analisis yang dilakukan oleh tim peneliti Cambridge University di Inggris terhadap 439.000 orang, menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol LDL-C merupakan cara jitu untuk mengurangi risiko dan kematian penyakit jantung secara signifikan.
Laporan 'Korea Hypertension Fact Sheet 2020' yang dirilis oleh Korean Society of Hypertension menyebutkan hanya 53,8 persen pasien hipertensi yang menjalankan pengobatan dislipidemia secara bersamaan.
"Dari jumlah tersebut, diperkirakan sekitar 15 persen penderita hipertensi tidak mendapatkan pengobatan meskipun perlu dirawat akibat dislipidemia," jelas Sengho Jeon, CEO Daewoong Pharmaceutical berdasarkan siaran pers yang Suara.com terima.
Dengan tingkat hipertensi dan dislipidemia serta kebutuhan pengobatan yang semakin tinggi, banyak perusahaan farmasi yang terus mengembangkan berbagai pengobatan baru karena penyakit dislipidemia masih cendering tidak tertangani dengan baik.
Baca Juga: Wajib Tahu, 5 Mitos Hipertensi yang Salah Kaprah
Baru-baru ini, pengembangan obat kombinasi yang dapat menangani hipertensi dan dislipidemia secara bersamaan semakin intens dilakukan, dimana fokusnya adalah untuk meningkatkan kemudahan penggunaan obat tersebut.
Tujuan pengembangan obat kombinasi adalah untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Obat kombinasi mengandung beberapa bahan dalam satu formulasi sehingga mengurangi jumlah obat yang harus dikonsumsi oleh pasien dan meningkatkan kepuasan pasien.
Studi menunjukkan bahwa kepatuhan pasien meningkat 36 persen saat diberikan obat kombinasi dibandingkan dengan obat yang berbeda-beda, dan secara signifikan mengurangi tingkat kolesterol LDL dan tekanan darah sistolik (SBP).
"Obat kombinasi mengandung beberapa komponen dalam satu formulasi. Namun, perlu diperhatikan bahwa desain kombinasi yang buruk dapat menyebabkan risiko seperti peningkatan interaksi obat dan efek samping yang merugikan. Oleh karena itu, pengembangan obat memerlukan teknologi yang dapat meminimalkan interaksi obat dan meningkatkan efikasinya," jelasnya.
Salah satu obat kombinasi yang bisa menjadi pilihan adalah Oloduo dari Daewoong Pharmaceutical, yang telah mendapat izin penjualan di Indonesia tahun lalu.
Oloduo, kata Sengho Jeon adalah obat pertama di dunia yang mengandung Olmesartan dan Rosuvastatin kompleks yang dikembangkan dengan teknologi mandiri hasil ciptaan Daewoong Pharmaceutical.
Dengan menggunakan teknologi platform yang sudah dipatenkan dari Daewoong Pharmaceutical, Oloduo merupakan obat dengan tablet perlapis ganda dan sistem pelepasan terkontrol yang mampu mengoptimalkan tingkat penyerapan obat di dalam tubuh pasien dan mengurangi efek samping yang dapat terjadi saat mengonsumsi kombinasi obat.
Teknologi ini memungkinkan obat untuk melepaskan Olmesartan dan Rosuvastatin secara terpisah dan terkontrol ini telah dipatenkan di lebih dari 50 negara seperti di Korea, Eropa, Jepang, China, dan lainnya.
"Olmesartan telah terbukti mampu menurunkan tekanan darah dan jumlah ateroma di pembuluh darah dibandingkan dengan jenis ARB lainnya untuk pengobatan hipertensi, sedangkan Rosuvastatin mampu mengurangi plak dibandingkan dengan jenis Statin lainnya untuk pengobatan dislipidemia," ungkap dia.
Efektivitas Oloduo sebagai obat kombinasi juga sudah dibuktikan. Dalam uji klinis yang dilakukan terhadap pasien hipertensi dan dislipidemia di Korea, pasien yang mengonsumsi Oloduo mampu menunjukkan tingkat penurunan tekanan darah dan kolesterol yang sama dengan pasien yang mengonsumsi Olmesartan dan Rosuvastatin secara terpisah serta tingkat keamanan yang sama.