Lembur Lebih dari 55 Jam Seminggu Bikin Meninggal Lebih Cepat, Ini Buktinya

Rabu, 19 Mei 2021 | 16:18 WIB
Lembur Lebih dari 55 Jam Seminggu Bikin Meninggal Lebih Cepat, Ini Buktinya
ilustrasi lembur. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bekerja dengan giat boleh-boleh saja. Namun pastikan Anda tidak bekerja lebih dari 55 jam dalam seminggu, jika tak ingin meninggal lebih cepat.

Sebab menurut studi dari PBB, bekerja lebih dari 55 jam seminggu bisa meningkatkan risiko kematian akiubat penyakit jantung dan juga stroke.

Dilansir dari Medical Express, WHO dan Organisasi Perburuhan Internasional melaporkan, munculnya pandemi COVID-19 mempercepat perubahan di tempat kerja sekaligus meningkatkan kecenderungan untuk bekerja lebih lama.

Studi yang diterbitkan oleh jurnal Environment Internasional ini merupakan analisa global pertama yang melihat hubungan kerja dengan kesehatan.

Baca Juga: Waspada! Penyakit Stroke Mengintai Pasca Lebaran

“Bekerja lebih dari 55 jam per minggu menjadi bahaya yang serius bagi kesehatan,” ungkap direktur departemen lingkungan, perubahan iklim, dan kesehatan WHO Maira Neira.

Ia mengatakan, perlu adanya kesadaran bagi pemerintah, pemberi lapangan kerja, dan karyawan bahwa jam kerja yang panjang dapat menyebabkan kematian dini.

“Sudah waktunya kita semua sadar, baik dari pemerintah, pemberi lapangan kerja dan karyawan, bahwa jam kerja yang panjang dapat menyebabkan kematian dini,” ungkapnya.

Kesimpulan dari penelitian ini menyebutkan, bekerja lebih dari 55 jam per minggu dikaitkan dengan peningkatan stroke sekitar 35 persen. Peningkatan juga terjadi untuk risiko kematian akibat penyakit iskemik sebesar 17 dibanding mereka yang bekerja 35 hingga 40 jam.

Lewat survei dari WHO dan Organisasi Perburuhan Internasional pada tahun 2016, bekerja 55 jam per minggu mengakibatkan 398.000 karena stroke dan juga 347.000 karena penyakit jantung.

Baca Juga: Masih Kerja 55 Jam Seminggu? Awas Tingkatkan Risiko Kematian Dini

Berdasarkan data tahun 2000 hingga 2016, jumlah kematian penyakit jantung akibat jam kerja panjang meningkat 42 persen, sedangkan pada penyakit stroke meningkat sebesar 19 persen.

Kematian ini tercatat pada kelompok usia 60 hingga 79 tahun, yang bekerja 55 jam per minggu saat mereka masih berusia 45-74 tahun.

Dikatakan, penemuan studi ini tidak menemukan perbedaan efek bagi pria maupun wanita yang mengalami jam kerja panjang. Namun, risiko beban penyakit lebih banyak dialami pada pria sebesar 72 persen. Karena itu, risiko penyakit akibat jam kerja panjang lebih besar dihadapi pada kelompok pria.

Tentunya, angka ini juga lebih tinggi bagi orang-orang yang tinggal di kawasan Pasifik Barat dan Asia Tenggara, di mana lebih banyak pekerja sektor informal yang dipaksa bekerja dalam waktu yang lama.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI