Suara.com - Demensia termasuk masalah medis yang mengakibatkan perubahan otak kompleks dan sering terjadi tanpa disadari. Tapi, perubahan perilaku secara bertahap bisa mengarah pada kondisi Alzheimer.
Sayangnya dilansir dari Times of India, sekarang ini belum ada obat khusus untuk menangani Alzheimer. Tetapi, diagnosis dini dan perawatan medis cepat bisa mencegah dampak dari kondisi medisnya.
Menurut National Institute on Aging (NIA), mengatakan agitasi bisa menjadi tanda penyakit Alzheimer. Salah satu perubahan perilaku yang menunjukkan agitasi adalah mondar-mandir, ketika seseorang berjalan bolak-balik di area yang sama dan kecepatan yang semakin meningkat.
1. Sulit tidur dan gresi verbal
Baca Juga: Varian Baru Virus Corona dari India Berhasil Bikin Inggris Cemas
Tanda lain dari agitasi adalah sulit tidur atau insomnia, yaitu ketika seseorang berjuang untuk tertidur atau tetap tidur. Agresi verbal atau fisik juga bisa menjadi indikasi awal penyakit Alzheimer.
Contohnya, mencaci orang yang dicintai secara lisan atau mencoba menyakiti secara fisik seseorang yang ada di dekat Anda. Tanda-tanda awal agitasi atau agresi adalah tidak melakukan tindakan apapun yang bisa memperburuk keadaan.
2. Kehilangan ingatan
Setiap orang mungkin mengalami agitasi dari waktu ke waktu, tetapi perasaan yang berkepanjangan bisa menandakan masalah kesehatan yang mendasarinya. Indikasi lain dari penyakit Alzheimer, termasuk kehilangan ingatan, penilaian yang buruk dan kehilangan inisiatif.
Salah satu tanda penyakit Alzheimer yang mencolok adalah ketika seseorang salah meletakkan benda rumah tangga biasa di tempat yang sangat aneh. Misalnya, meletakkan remote TV di oven.
Baca Juga: Usai Positif Virus Corona, Anak 5 Tahun Ini Derita Penyakit Langka!
3. Perubahan kepribadian
Perubahan otak akibat penyakit Alzheimer bisa mengubah kepribadian seseorang. Orang yang menderita kondisi ini mungkin akan lebih mudah merasa kesal, khawatir atau marah.
Bukti terkini menunjukkan bahwa penyakit Alzheimer disebabkan oleh penumpukan protein yang abnormal di dalam dan sekitar otak. Protein ini dikenal sebagai amiloid, NHS menambahkan bahwa ada juga penurunan pembawa pesan kimiawi (neurotransmitter) di otak.
"Tingkat satu neurotransmitter, asetilkolin, sangat rendah di otak orang dengan penyakit Alzheimer," kata NHS.
Faktor risiko untuk mengembangkan Alzheimer termasuk bertambahnya usia, dengan orang-orang melipatgandakan risiko penyakitnya setiap lima tahun setelah usia 65 tahun.
Selain itu, genetika juga nampaknya bisa mengembangkan kondisi. Meskiupun risikonya hanya meningkat sedikit karena faktor ini. Beberapa faktor lain dan gaya hidup yang telah meningkatkan risiko Alzheimer, termasuk kebiasaan merokok, kegemukan, diabetes, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi.
Data terbaru juga menunjukkan bahwa faktor lain dapat memainkan peran penting dalam perkembangan Alzheimer. Misalnya, gangguan pendengaran, isolasi sosial, dan gaya hidup yang tidak banyak bergerak semuanya bisa menjadi faktor penyebab.