Meski terampil dalam melepaskan pikiran yang tidak perlu, kita masih tetap bisa merasakan emosi yang menyakitkan, seperi kecemasan, kesedihan, dan kemarahan.
Jadi, dibandingkan menolaknya, lebih baik memperlakukannya seperti seorang 'teman'. Misalnya:
- Saat merasa sedih, ingatkan bahwa tidak apa-apa dan normal untuk merasa sedih, serta bukan berarti kita lemah.
- Ketika marah, ingatkan bahwa tidak apa-apa untuk merasa marah. Tetapi kemudian fokuslah untuk mengendalikan keinginan agar tidak menjadi agresif atau kasar.
Saat bersandar pada emosi yang menyakitkan dengan mengakui dan menerimanya, maka pada akhirnya emosi tersebut akan menghilang.
3. Menetapkan batasan yang sehat
Baik atau buruk, manusia adalah makhluk sosial. Hal itu membuat kita cenderung sangat peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain terhadap kita.
Namun, jika menginginkan keseimbangan emosional yang lebih baik, kita harus mampu mengomunikasikan keinginan dan kebutuhan secara tegas serta menetapkan batasan yang sehat.
Menetapkan batasan yang sehat berarti bersedia memberi tahu orang lain apa yang akan dan yang tidak akan kita toleransi. Dan terpenting, juga bersedia menegakkan batasan tersebut dengan perilaku dan menerima konsekuensinya.
Baca Juga: Tips Bagi Orangtua Untuk Rawat Kesehatan Mental Anak