Suara.com - Banyak orang mengaku bahwa dirinya terlalu sering berpikir atau lebih seringnya orang-orang menyebutnya sebagai 'overthinking'.
Overthinking bukanlah penyakit mental, tetapi bisa menjadi gejala dari masalah kesehatan mental yang mendasarinya.
"Berpikir dan kekhawatiran yang berlebihan tentu saja bisa menjadi masalah yang melemahkan, Namun, ini bukan gangguan, melainkan gejala dari berbagai gangguan, seperti Kecemasan, Depresi, dan Stres Pasca Trauma (PTSD)," jelas Danielle Haig, Principal Psychologist dari DH Consulting.
Terlalu banyak berpikir cenderung terjadi ketika seseorang mengkhawatirkan sesuatu, pikiran akan bertindak berlebihan dan menghabiskan banyak energi untuk mencari solusi atas suatu masalah, baik yang nyata maupun yang dibayangkan.
"Itu seringkali terbukti melelahkan," lanjut Haig, dilansir Metro UK.

Aktivitas ini bisa menimbulkan masalah jika dilakukan dari waktu ke waktu. Juga, apabila dilakukan secara berlebihan, maka penting untuk mulai mengendalikan pikiran tersebut.
Trainee Art Psychotherapist dari Starleng Arts, Lyni Sargent, juga percaya bahwa penderita gangguan mental mungkin menganggap overthinking sebagai gejala penyakit. Tetapi orang yang tidak sakit pun sering berpikir secara berlebihan.
"Penting untuk tidak berasumsi bahwa seseorang menderita penyakit mental hanya karena satu gejala. Namun, tindakan medis harus tetap dicari jika merasa pikiran tersebut tidak dapat diatasi dan mengalami gejala penyakit mental lain," imbuh Sargent.
Ada banyak cara untuk mengatasi overthinking, cara yang bertujuan menenangkan pikiran dan membantu berpikir jernih.
Baca Juga: Dua Kali Lebaran Masa Pandemi, Sri Mulyani: Berdampak Besar Secara Mental
Haig menekankan bahwa hal pertama yang harus dilakukan adalah sadar diri.