Suara.com - Berita palsu atau hoaks tentang vaksin Covid-19 dapat berdampak negatif pada kepercayaan publik terhadap vaksinasi. Hal ini dinyatakan dalam sebuah studi baru dari UNSW Sydney.
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah PLOS ONE mengungkapkan lebih dari 103 juta orang di seluruh dunia menyukai, berbagi, me-retweet informasi yang salah dan teori konspirasi tentang vaksin Covid-19.
Melansir dari Medical Xpress, studi yang dipimpin oleh peneliti UNSW tersebut meneliti konten antara Desember 2019 hingga November 2020 yang meliputi artikel berita, postingan media sosial, laporan online, dan blog.
Associate Professor, Holly Seale dari UNSW Medicine & Health's School of Population Health dan penulis senior studi tersebut mengatakan misinformasi yang dibagikan oleh anggota keluarga, teman dan orang lain di jaringan komunitas yang lebih luas masih mengkhawatirkan.
Baca Juga: Salat Idul Fitri di Masjid Raya, Jemaah Membludak hingga ke Tepi Jalan
"Dari penelitian sebelumnya, kami dapat menghubungkan informasi yang salah ini dengan hasil negatif, termasuk kematian," jelas Prof Seale.
Yang juga menjadi perhatian adalah tidak adanya informasi berbasis fakta untuk melawan peredaran teori dan rumor konspirasi di berbagai platform media sosial. Hal ini yang berpotensi disalahartikan sebagai informasi yang kredibel.
Selain itu, studi tersebut mengidentifikasi banyak rumor dan teori konspirasi yang dapat berdampak negatif terhadap kepercayaan publik pada vaksin Covid-19 dan kesediaan untuk menerima vaksinasi.
Sebuah survei nasional yang dilakukan di antara orang dewasa Amerika Serikat pada September 2020 tentang kesediaan untuk menerima vaksin Covid-19, menunjukkan penurunan hingga 21 persen jika dibandingkan dengan survei nasional pada Mei 2020. Penurunan ini bisa jadi karena paparan misinformasi vaksin Covid-19 di media sosial.
Dalam penelitian lain yang dilakukan di antara orang dewasa Australia, 24 persen tidak yakin atau tidak mau menerima vaksin Covid-19. Sementara 89 persen dari orang-orang ini mengkhawatirkan kemanjuran dan keamanan vaksin, dan 27 persen percaya bahwa vaksin Covid-19 tidak diperlukan.
Baca Juga: Belum Mencapai Puncak, Tingkat Kematian di India Sudah Tembus 250.000