Suara.com - WHO telah memasukkan vaksin Covid-19 Sinopharm ke daftar penggunaan darurat, sekaligus memberi lampu hijau untuk diluncurkan vaksin tersebut secara global. Vaksin ini diproduksi dari Beijing Bio-Institute of Biological Products Co Ltd, yang merupakan anak perusahaan China National Biotech Group (CNBG).
Dalam situs resmi WHO menyebutkan, penambahan vaksin tersebut berpotensi mempercepat akses vaksin COVID-19 dengan cepat, sehingga bisa melindungi petugas kesehatan dan populasi yang berisiko.
Koordinator PMO Komunikasi Publik KPCPEN Arya Sinulingga menyambut baik keputusan tersebut, yang menyetujui vaksin Sinopharm masuk ke daftar penggunaan darurat.
Sebelumnya, BPOM juga telah menyampaikan terkait pengeluaran izin darurat terhadap vaksin Sinopharm. Tentunya, ini akan mempermudah penyediaan stok vaksin, sehingga vaksinasi bisa berlangsung baik.

“Dengan begitu kita berharap herd immunity bisa segera tercapai,” ungkap Arya Sinulingga, lewat keterangan rilis yang diterima Suara.com, Senin (10/5/2021).
Ia menambahkan, sejauh ini Pemerintah Indonesia telah mengamankan vaksin sejumlah 75.910.500 juta dosis. Adapun rincian dosis vaksin yakni Sinovac (68.500.000 dosis), AstraZeneca COVAX (6.410.500 dosis), dan Sinopharm (1 juta dosis). Ia berharap, masyarakat jangan ragu untuk divaksin.
“Dengan divaksinasi, tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga orang di sekitar kita,” jelasnya.
Sebelumnya, Badan POM juga telah memberikan izin penggunaan darurat/Emergency Use Authorization (EUA) untuk vaksin COVID-19 produksi Sinopharm.
Menurut Kepala Badan POM RI Penny K. Lukito, vaksin COVID-19 produksi Sinopharm sebelumnya telah dilakukan uji klinis fase 3 di Uni Emirat Arab, juga beberapa negara lainnya dengan 42.000 subjek uji.
Baca Juga: Proyek Infrastruktur Wisata Bali Terus Berjalan Selama Pandemi COVID-19
Hasilnya, vaksin Sinopharm menunjukkan efikasi sebesar 78,02 persen, dan pengukuran imunogenisitas setelah 14 hari dosis kedua, juga subjek pembentukan antibodi sebesar 99,52 persen pada orang dewasa dan lansia.