Suara.com - Niat hati ingin membelikan hadiah bagi ibunya, seorang bocah berusia 12 tahun malah menjadi korban kecelakaan tragis.
Brandon Giovanni Hernandez Tapia keluar rumah dengan langkah ringan pada Selasa 4 Mei lalu, bersama dengan ayah tirinya.
Bagi siswa kelas tujuh ini, keluar dari rumah, meskipun hanya untuk menemani ayahnya ke sebuah restoran, merupakan momen melepas penat setelah berhari-hari tinggal di flat sempit di kawasan Colonia Zapotitla, Mexico City, Meksiko.
Kepada LA Times, Marisol Tapia, ibu Brandon, mengatakan putranya keluar untuk membelikan hadiah khusus Hari Ibu.
Baca Juga: Viral Wanita Salat di Teras, Bocah SMP Nekat Bakar Rumah Tetangga
“Mama, kita sedang menuju stasiun Periferico, dan aku punya kejutan untukmu,” ungkap Brandon Giovanni saat ibunya menghubunginya sekitar jam 10 malam. Ia mengingat bahwa putranya bersama ayah tirinya sedang dalam perjalanan pulang, menaiki Metro Line 12.
Periferico, dikatakan hanya berjarak tiga halte dari stasiun Nopalera, tempat di mana putra akan turun.
“Makan malam sudah siap,” ungkap ibunya. Ia mengatakan kala itu ia hendak pergi ke toko secepatnya untuk membeli beberapa minuman.
Sebagai percakapan terakhir, putranya menjawab, “Mama, belikan aku beberapa kue.”
Percakapan terakhir ini terjadi saat kereta mulai mendekati stasiun Olivos, dua halte di timur Periferico. Pihak berwenang mengatakan, ada dua gerbong kereta terakhir yang menuju Tlahuac Avenue, sekitar lima kaki di bawah tanah yang membuat rel kereta tersebut ambruk ke jalan.
Baca Juga: Bocah Pecahkan Telur di Minimarket, Reaksi Pegawai Jadi Sorotan
Ada 26 orang penumpang kereta terluka dan tewas, dan satu pengendara motor yang tertindih kereta yang juga tewas. Rata-rata, para penumpang kereta berasal dari para pekerja yang hendak pulang.
Insiden kecelakaan adalah yang paling mematikan, dalam beberapa dekade di Metro Mexico City, yang dibangun pada tahun 1969 dan membawa lebih dari 4 juta penumpang setiap harinya.
Brandon Giovanni Hernandez Tapia menjadi korban tewas termuda akibat kecelakaan ini. Bocah berusia 12 tahun tersebut berharap bisa menjadi seorang dokter di masa depan, dan membelikan ibunya rumah layak dan keluar dari kemiskinan parah di Colonia Zapotitla.
Tidak hanya itu, sang nenek Brandon juga menangis ketika cucunya sudah tiada, yang dikatakan suka berdansa dengannya.
Setelah kecelakaan tersebut, tudingan dan kemarahan warga akibat insiden tersebut semakin meningkat. Selain itu, kecelakaan ini diakibatkan adanya kelalaian dari pemerintah.
“Ini bukan kecelakaan, tapi kelalaian dari pemerintah,” ungkap Marisol.