Di Tengah Pandemi, Penderita Talasemia Harus Waspada pada Risiko Infeksi

Jum'at, 07 Mei 2021 | 11:10 WIB
Di Tengah Pandemi, Penderita Talasemia Harus Waspada pada Risiko Infeksi
Ilustrasi talasemia. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, penderita talasemia harus fokus untuk menjaga kesehatan tubuhnya, salah satunya dengan menghindari paparan infeksi.

Talasemia sendiri adalah penyakit kronik akibat kelainan darah yang diturunkan dari orangtua. Kondisi ini menyebabkan tubuh memiliki kadar hemoglobin yang lebih rendah daripada orang normal pada umumnya.

Alhasil, tanpa bantuan transfusi darah setiap 2 hingga 4 minggu sekali, penderita talasemia tidak bisa menjalani hidup normal, bahkan bisa memicu komplikasi penyakit lain jika tidak dikendalikan.

Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia (PP PHTDI) Dr. dr. Tubagus Djumhana Atmakusuma, SpPD–KHOM menyarankan para penderita talasemia dan keluarganya untuk berhati-hati terhadap infeksi, baik itu kuman, bakteri, atau virus.

Baca Juga: Sama-sama Buat Lesu dan Muka Pucat, Ini Beda Anemia dan Talasemia

Hal ini penting dilakukan lantaran kekebalan tubuh penderita talasemia cenderung lemah dan mudah sakit dibandingkan orang normal pada umumnya. Hal ini terjadi akibat seringnya penderita talasemia menerima donor darah 2 hingga 4 minggu sekali.

"Makin sering ditransfusi darah, maka akan terjadi pembentukan antibodi atau penurunan imun sehingga mudah infeksi," ujar Dr. Tubagus dalam peringatan Hari Talasemia Dunia bersama Kemenkes beberapa waktu lalu.

Mirisnya, bukan hanya infeksi dari faktor lingkungan, penderita talasemia juga bisa tertular atau terinfeksi penyakit dari darah yang didonorkan, jika dalam darah tersebut terkandung virus atau komponen yang menyebabkan penerimanya sakit.

"Kita udah menskrining (stok darah) dari hepatitis B, C, HIV atau sifilis, tapi ada yang tidak diskrining termasuk malaria. Jadi, tranfusi darah yang diberikan pada penyandang talasemia harus aman dari infeksi," jelas Dr. Tubagus.

Di masa pandemi Covid-19, kondisi penderita talasemia bisa semakin buruk jika terinfeksi Covid-19 akibat sistem imunnya yang melemah. Bahayanya, jika terus dibiarkan, talasemia yang juga salah satu penyakit kronik ini bisa berkomplikasi menyebabkan kerusakan organ tubuh lain.

Baca Juga: Hari Talasemia Sedunia: Situasi Miris Penyandang Saat Pandemi dan Ramadhan

"Masalahnya, pada masa Covid-19, mereka harus datang sendiri 2 sampai 5 minggu sekali untuk merima donor darah. Bayangkan naik kendaraan umum terpapar ekspos OTG (orang tanpa gejala) atau penderita tidak ketahuan," pungkas Dr. Tubagus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI