Suara.com - Setelah tahun lalu Badan Litbang Kementerian Pertanian (Kementan) sempat menghebohkan Indonesia dengan produk eucalyptus penangkal corona yang berbentuk kalung dan produk hisap hidung (Inhaler), kini secara resmi Balitbang Kementan RI mengumumkan hasil uji in vitro produk terhadap virus SARS CoV 2. Uji in vitro ini adalah pengujian menggunakan hewan sebagai model ujicoba. Apa hasilnya?
Selain berita mengenai inhaler penangkal corona, jangan lewatkan juga pembahasan mengenai risiko kanker usus besar. Penderita kanker usus besar akan mengalami kebiasaan buang air besar yang berubah. Sejak lama, sembelit dan jarang buang air besar sudah dianggap sebagai faktor risiko kanker usus. Coba cek, apakah Anda memiliki risiko terkena kanker usus besar?
Simak selengkapnya di bawah ini!
1. Inhaler Penangkal Corona Selesai Diuji Coba ke Hewan, Hasilnya?
Baca Juga: Mengira Keguguran, Wanita Hamil Ini Rupanya Alami Gejala Kanker Usus Besar
Setelah tahun lalu Badan Litbang Kementerian Pertanian (Kementan) sempat menghebohkan Indonesia, dengan produk eucalyptus penangkal corona. Salah satunya yang berbentuk kalung dan produk hisap hidung (Inhaler), yang akhirnya banyak dikritisi dan diminta untuk diuji lebih lanjut.
Kini secara resmi Balitbang Kementan RI mengumumkan hasil uji in vitro produk terhadap virus SARS CoV 2. Uji in vitro ini adalah pengujian menggunakan hewan sebagai model ujicoba.
2. Cek Risiko Kanker Usus, Berapa Kali Anda Buang Air Besar Setiap Hari?
Kanker usus adalah kanker yang dimulai dari usus besar, yakni bagian dari sistem pencernaan yang mencakup usus besar dan rektum. Saat sel kanker mulai berkembang biak di area tubuh itu, proses pencernaan pun bisa terganggu.
Baca Juga: Studi: Hirup Inhaler Bisa Turunkan Tingkat Keparahan Virus Corona 90 Persen
Akibatnya, penderita akan mengalami kebiasaan buang air besar yang berubah. Sejak lama, sembelit dan jarang buang air besar sudah dianggap sebagai faktor risiko kanker usus.
3. Andai China Jujur dari Awal, Covid-19 Bisa Selesai Dalam Hitungan Bulan
Seorang anggota komite penasihat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Jamie Metzl mengatakan, para ahli bisa saja mengetahui asal usul Covid-19 hanya dalam beberapa bulan, jika China terbuka terhadap data menyeluruh terkait virus corona baru tersebut.
Hingga kini memang belum diketahui asal dan penyebab munculnya virus corona penyebab pandemi Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia.
4. Temuan Terbaru, Vaksin Covid-19 Pertama Bisa Lawan Varian Baru Virus Corona
Perusahaan Moderna di Amerika Serikat, mengklaim telah menemukan vaksin Covid-19 yang bisa menetralkan atau melawan varian baru virus corona Brasil dan Afrika Selatan.
Uji coba terbaru menemukan bahwa suntikan ketiga vaksin Covid-19 sekarang ini maupun suntikan vaksin ekperimental terbaru mampu meningkatkan kekebalan terhadap kedua varian virus corona tersebut.
5. Studi: Ekstasi Bisa Menjadi Obat Pendukung Terapi bagi Penderita PTSD
Obat psikedelik MDMA, yang juga disebut sebagai ekstasi atau Molly, dinilai dapat mengobati penderita gangguan stres pasca trauma (PTSD) parah. Hal ini dibuktikan dalam uji klinis tahap akhir sebuah studi yang akan terbit di Nature Medicine.
Studi tersebut melibatkan 90 penderita PTSD yang semuanya menjalani terapi bicara selama percobaan. Peserta studi termasuk veteran perang, korban kekerasan seksual, korban kekerasan dalam rumah tangga, hingga orang yang mengalami trauma masa kanak-kanak.