Suara.com - Sejak awal pandemi virus corona Covid-19, banyak ahli mengatakan mencapai kekebalan kelompok itu sangat penting agar hidup kembali normal atau seperti sedia kala. Tetapi sekarang mereka mengatakan sebaliknya.
Kekebalan kelompok atau herd immunity terjadi ketika sebagian besar masyarakat kebal terhadap penyakit tertentu, yang dicapai baik melalui infeksi alami maupun vaksinasi.
Katika suatu populasi mencapai herd immunity, virus tidak lagi bisa 'ke mana-mana', dan penyakitnya berkurang. Bahkan, orang yang tidak memiliki kekebalan pun terlindungi dari infeksi.
Berapa banyak orang yang perlu kebal untuk memberikan perlindungan terhadap populasi bergantung pada seberapa menularnya.
Baca Juga: Masa New Normal Bikin Orang Introvert Mendapatkan Keuntungan, Kok Bisa?
Untuk Covid-19, dilansir CNN, para ahli berpikir angkanya bisa mencapai 70 hingga 90 persen dari populasi kebal terhadap virus corona. Tetapi saat ini dunia sama sekali belum mendekati level tersebut.
"Mengingat di mana kita saat ini, saat kita melihat Amerika Serikat dan ke seluruh dunia, sepertinya itu tidak akan terjadi di masa mendatang," kata Lauren Ancel Meyers, direktur Covid-19 Modeling Consortium di University of Texas, Austin.
Terlebih ada banyak faktor yang tidak menguntungkan, seperti mamvaksinasi begitu banyak orang hampir tidak mungkin, virus menyebar terlalu cepat, varian yang lebih menular mengancam efektivitas vaksin, masalah akses vaksin dan kesetaraan, dan lain sebagainya.
"Kami tahu seberapa cepat virus ini menyebar dan seberapa diam-diam. Kami benar-benar harus meminta banyak orang diimunisasi sebelum kami memberantas virus ini," sambung Meyers.
Namun, ahli epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard TH Chan, Bill Hanage, mengatakan hanya sedikit penyakit menular yang pernah punah secara global. Salah satunya cacar.
Baca Juga: Masa New Normal, BRI Jual SR014 Tiga Kali Lipat dari Target
Tetapi menurutnya dunia tidak harus hidup terkunci selamanya. Misalnya di Israel, setelah sekitar 50 hingga 55 persen populasi divaksinasi kasusnya menurun drastis.
"Kami kemungkinan bisa mendapatkan kekebalan yang cukup dalam populasi di mana virus bukanlah ancaman utama di mana-mana," ujar Hanage.
Meski begitu, pemerintah kesehatan harus tetap memperhatikan kasus dan varian virus corona yang beredar. Tetapi menurut Hanage, orang sudah dapat kembali ke tingkat perilaku normal.
"Kita akan sampai di sana pada akhirnya, dan mudah-mudahan melalui (kekebalan dari) vaksinasi, bukan infeksi. Karena infeksi dapat membunuh orang," pungkasnya.