Suara.com - Baru-baru ini ramai beredar informasi soal alat tes swab bekas yang digunakan lagi untuk orang lain Pada praktiknya alat tersebut dicuci ulang untuk digunakan kembali dalam pemeriksaan swab.
Hal itu tentu membuat banyak masyarakat khawatir. Lalu, bagaimana cara mengidentifikasi penggunaan alat swab yang memang masih baru dan bagaimana cara penggunaan alat swab yang baik dan benar?
Dalam keterangannya, Senin, (3/5/2021), dr. Hadian Widyatmojo, Sp.PK, Ahli Patologi Klinik Laboratorium Primaya Hospital Karawang mengimbau agar sebelum melakukan swab, baik antigen maupun PCR, masyarakat perlu memastikan bahwa alat swab yang digunakan masih berada di dalam kemasan dan tersegel.
Masyarakat dapat meminta petugas swab untuk memperlihatkan bahwa alat swab masih baru di dalam kemasan dan dibuka di depan pasien. Petugas juga akan menanyakan ulang nama pasien sebelum melakukan pemeriksaan untuk menghindari kesalahan identitas pasien.
Baca Juga: Waspada! Mutasi Virus Corona India dan Afrika Selatan Sudah Masuk Indonesia
“Anda bisa mencurigai jika tidak melihat alat swab tersebut dibuka dari tempatnya di depan Anda,” ujar dr. Hadian Widyatmojo, Sp.PK, Ahli Patologi Klinik Laboratorium Primaya Hospital Karawang
“Sebelum dilakukan pemeriksaan, petugas perlu menunjukkan kepada pasien bahwa alat masih dalam kemasan sebelum dipakai. Petugas akan membuka bungkus plastiknya sesaat sebelum tindakan swab untuk menjaga agar alat tersebut tetap steril dan mencegah kontaminan,” ujar dr. Dwi Fajaryani, Sp.PK, Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Bekasi Barat.
dr. Dwi Fajaryani, Sp.PK, Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Bekasi Barat memastikan bahwa seluruh alat swab tidak dapat digunakan kembali. Alat tersebut merupakan alat sekali pakai dan akan dibuang setelah digunakan.
“Penggunaan reusable alat swab sangat berisiko tinggi pada kesehatan dan penyebaran infeksi virus Covid-19 kepada pasien lainnya. Pastikan alat swab tersebut masih baru dan perhatikan perlekatan kemasannya harus dalam keadaan sempurna seperti dari pabrik (bukan memakai lem atau double tape),” ujar dr. Selvi Josten, Sp.PK, Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Makassar.
Selain ditunjukkan dengan alat swab yang tersegel di dalam kemasan, dr. Selvi Josten, Sp.PK, Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Makassar menambahkan bahwa masyarakat juga dapat memperhatikan indikasi-indIkasi lain untuk mendeteksi apakah alat swab tersebut adalah alat swab baru atau lama seperti permukaan swab stik berwarna putih bersih, masih mulus atau tidak kelihatan bergerigi, serta tidak beraroma.
Baca Juga: Pulih dari Virus Covid-19, Konsumsi 5 Asupan Ini agar Tubuh Lebih Kuat
dr. Hadian Widyatmojo, Sp.PK, Ahli Patologi Klinik Laboratorium Primaya Hospital Karawang mengatakan bahwa selama pengambilanya betul dan aman serta menggunakan alat yang direkomendasi dan memiliki izin edar, maka hasil pemeriksaan swab tersebut bisa dipertanggungjawabkan.
Masyarakat bisa menanyakan izin edar tersebut pada faskes (fasilitas kesehatan) terkait merek atau tanggal kadaluarsa alat yang digunakan. “Kadarluasa alat swab antar merek pun berbeda beda. Umumnya sebuah alat swab bisa bertahan bertahun tahun dari masa produksinya,” ujar dr. Hadian Widyatmojo, Sp.PK, Ahli Patologi Klinik Laboratorium Primaya Hospital Karawang.
“Alat swab Ag harus mempunyai Nomor Ijin Edar (NIE) dari Kementerian Kesehatan. Pasien dapat meminta petugas untuk diperlihatkan Sertifikat NIE dari Vendor Alat,” ujar dr. Selvi Josten, Sp.PK, Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Makassar.
dr. Selvi Josten, Sp.PK, Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Makassar mengatakan bahwa selama pemeriksaan swab antigen atau PCR dilakukan oleh petugas yang telah terlatih, maka hasil pemeriksaan dapat dipertanggungjawabkan karena para petugas telah memiliki sertifikat pelatihan.
Keakuratan hasil dapat diperoleh dari laboratorium yang terstandarisasi serta didukung oleh tenaga terampil dan terlatih. Disamping itu, terdapat Dokter Spesialis Patologi Klinik sebagai penanggung jawab hasil pemeriksaan swab, baik antigen maupun PCR,.
“Penggunaan alat swab harus dilakukan oleh tenaga terlatih dari laboratorium yang terstandar. Terdapat teknik dan perlakuan khusus mulai saat persiapan, pemeriksaan, hingga pengelolaan limbah infeksius,” ujar dr. Selvi Josten, Sp.PK, Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Makassar.
dr. Dwi Fajaryani, Sp.PK, Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Bekasi Barat mengatakan bahwa tidak diperkenankan masyarakat umum untuk membeli alat swab sendiri karena penggunaan alat swab harus dilakukan dan dalam pengawasan tenaga medis ahli.
dr. Selvi Josten, Sp.PK, Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Makassar penggunaan alat swab yang tepat yaitu dengan cara memasukkan ke rongga hidung sampai batas nasopharings, ke rongga mulut sampai batas oropharings, lalu diusap bolak balik dengan stik swab.
“Penggunaan alat swab yang tidak tepat dapat menimbulkan komplikasi berbahaya termasuk perdarahan hidung,” ujar dr. Hadian Widyatmojo, Sp.PK, Ahli Patologi Klinik Laboratorium Primaya Hospital Karawang.